Rabu, 16 Februari 2011

Masalah-masalah pokok perekonomian indonesia

www.gunadarma.ac.id
Nama : Metha Ardiah
NPM : 24210370
Kelas : 1EB20

Pemerintah adalah ibarat seorang nahkoda yang sedang menjalankan sebuah kapal. Di dalam jangka pendek ia harus dapat menjaga kondisi kapalnya akan terhindar dari berbagai ancaman selama perjalanan. Sedangkan di dalam jangka panjang, nahkoda tersebut harus berusaha agar kapalnya dapat mencapai tujuan yang di inginkan atau di cita-citakan. Tentu saja dalam kenyataannya perjalanan kapal yang di nahkodainya tidak semulus yang di rencanakan, banyak sekali rintangan dan masalah yang selalu mengintai dan harus siap di pecahkan begitu muncul menghadangnya.
Itulah kira-kira gambaran mengenai peran pemerintah di dalam kehidupan perekonomian suatu negara, tidak terkecuali pemerintah indonesia. Di dalam jangka panjang pemerintah harus mengantarkan masyarakan indonesia kepada kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin, serta harus menghadapi masalah jangka panjang seperti masalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di dalam jangka pendek pemerintah di tuntut untuk selalu dapat membantu menciptakan iklim usaha yang kondusif / mendukung semua pihak. Sedangkan di pihak lain masih harus menghadapi masalah-masalah ekonomi jangka pendek yang terkenal dengan istilah “tiga penyakit pokok ekonomi”. Dan sesungguhnya keberhasilan pemerintah dalam jangka panjang tidak terlepas dari kemampuannya menangani masalah-masalah ekonomi jangka pendek ini.

PENGANGGURAN
Meskipun banyak jenis pengangguran yang muncul dalam perekonomian indonesia, namun secara umum pengangguran akan lebih banyak memberi dampak yang kurang baik bagi kegiatan ekonomi negara. Pengangguran akan menyebabkan perekonomian berada dalam kondisi di bawah kapasitas penuh, suatu kapasitas yang di harapkan. Pengangguran juga akan menyebabkan beban angkatan kerja yang benar-benar produktif menjadi semakin berat, di samping secara sosial pengangguran akan menimbulkan kecenderungan masalah-masalah kriminalitas dan masalah sosial lainnya.
Adapun jenis-jenis pengangguran yang dapat di sebutkan di antaranya adalah:
Pengangguran friksionil: yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang memilih menganggur sambil menunggu pekerjaan yang lebih baik, yang memberikan fasilitas dan keadaan yang lebih baik.
Pengangguran struktural: yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang di berhentikan oleh perusahaan, karena kondisi perusahaan yang sedang mengalami kemunduran usaha, sehingga terpaksa mengurangi tenaga kerja.
Pengangguran teknologi: adalah pengangguran yang terjadi karena mulai di gunakannya teknologi yang menggantikan tenaga manusia. Seringkali pengangguran ini terjadi karena kemampuan dan keahlian pekerja yang tidak bisa menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Pengangguran siklikal: yakni pengangguran yang terjadi karena terjadinya pengurangan tenaga kerja yang secara menyeluruh, di karenakan kemunduran dan resesi ekonomi. Sehingga ini mirip dengan pengangguran struktural, hanya pada pengangguran jenis ini, kejadiannya adalah lebih meluas dan menyeluruh.
Pengangguran musiman: pengangguran yang terjadinya di pengaruhi oleh musim. Jenis pengangguran ini sering terjadi pada sektor pertanian.
Pengangguran tidak kentara: pengangguran yang secara fisik dan sepintas tidak kelihatan, namun secara ekonomi dapat di buktikan bahwa seseorang tersebut sesungguhnya menganggur.
Ada beberapa rasio yang berkaitan dengan pengangguran tersebut. Rasio-rasio tersebut di antaranya adalah:
• Dependency ratio, rasio ini menggambarkan seberapa besar beban secara ekonomi yang sebenarnya di tanggung oleh penduduk usia kerja terhadap penduduk di luar usia kerja.
• Tingkat partisipasi angkatan kerja, adalah rasio yang mengukur seberapa besar dari penduduk yang berada dalam usia kerja yang benar-benar merupakan angkatan kerja.
Di indonesia sendiri pemerintah terus berupaya mengatasi pengangguran ini, karena pemerintah dan masyarakat menyadari bahwa pengangguran akan memiliki dampak negatif yang lebih besar. Beberapa langkah dan kebijaksanaan pemerintah yang pernah, sedang dan akan di lakukan di antaranya adalah:
• Yang paling mendasar adalah dengan mengatasi masalah kependudukan, yakni dengan mencoba mengendalikan pertumbuhan penduduk, karena disadari bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan memicu munculnya pengangguran di masa datang, jika tidak di imbangi dengan peningkatan kegiatan produksi.
• Dengan tidak melupakan prinsip APBN, akan menambah sektor pengeluaran, baik itu pengeluaran pemerintah maupun pengeluaran dari sektor investasi swasta guna mendukung terciptanya peningkatan kegiatan ekonomi yang di harapkan dapat membuka peluang dan kesempatan kerja yang lebih baik.
• Di pihak lain dengan memberikan dan mengarahkan pendidikan sumber daya ke arah yang lebih mendesak, dengan memperbanyak pusat-pusat pelatihan kerja, serta dengan memberi kemudahan bagi pengelolaan sekolah-sekolah kejuruan. Harapannya agar kemampuan tenaga kerja indonesia menjadi lebih siap dalam menyambut tantangan dunia kerja.
• Usaha lainnya adalah dengan mencoba membuka kesempatan dan lapangan kerja di daerah-daerah yang selama ini kurang berkembang kegiatan ekonominya. Sehingga proses pemerataan kesempatan kerja menjadi lebih terjamin keberhasilannya, selain mengurangi konsentrasi tenaga kerja di pulau jawa.
• Tidak lupa di sektor luar negeri, mulai di galangkannya ekspor jasa berupa tenaga kerja yang di kirim ke luar neger, meskipun untuk langkah terakhir ini masih memerlukan usaha yang lebih keras dari semua pihak, agar kepentingan dan nasib pekerja yang bekerja di luar negeri lebih baik.

INFLASI
Inflasi sering di artikan sebagai kecenderungan naiknya harga-harga secara umum dalam waktu dan wilayah tertentu. Dari pengertian itu dapat di ambil beberapa poin penting mengenai inflasi, bahwa inflasi ini terjadi:
• Di warnai kenaikan harga-harga komoditi secara umum, atau dapat di katakan hampir setiap komoditi mengalami kenaikan.
• Dapat di ketahui dan di hitung jika telah berjalan dalam kurun waktu sebulan atau setahun dalam mengetahui terjadinya dan besarnya inflasi yang terjadi.
Dengan demikian jika kenaikan harga tidak menyeluruh, atau jika menyeluruh namun hanya terjadi dalam kurun waktu yang sangat singkat dan dalam wilayah tertentu yang terbatas, mka istilah inflasi menjadi agak kurang tepat di sebutkan.
Banyak ahli ekonomi kemudian mengulas dan kemudian membagi inflasi ini menjadi beberapa pengertian menurut beberapa sudut pandang. Jika di lihat dari sebab-sebab kemunculannya di bagi ke dalam:
Inflasi karena naiknya permintaan
Inflasi karena naiknya pemintaan, yakni inflasi yang terjadi karena adanya gejala naiknya permintaan secara umum, sehingga sesuai dengan hukum permintaan maka hargapun secara umum akan cenderung naik.
Inflasi yang terjadi karena naiknya biaya produksi
Inflasi yang kedua ini terjadi jika kecenderungan naiknya harga lebih di akibatkan karena naiknya biaya produksi. Jika ini terjadi akibatnya adalah lebih buruk dari inflasi yang di sebabkan karena naiknya permintaan masyarakat.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Yang di maksud inflasi dari dalam negeri adalah inflasi yang terjadi di karenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam negeri. Peredaran uang yang terlalu banyak akan menyebabkan kepercayaan masyarakat kepada uang menjadi berkurang (karena mendapatkan uang relatif lebih mudah), dengan kata lain jumlah uang yang beredar lebih banyak dari yang di butuhkan. Sehingga jika hasil produksi tidak meningkat maka orang lebih menghargai barang dari pada uang, sehingga kalau barang tersebut di jual, tentulah dengan harga yang tinggi. Jika semua komoditi mengalami demikian, maka muncullah inflasi.
Inflasi yang berasal dari luar negeri
Inflasi yang terjadi di negara lain seringkali merembet ke negara indonesia. Proses terjadinya di awali dengan masuknya komoditi impor yang telah terkena inflasi (harga naik) di negara asalnya. Sehingga komoditi impor tersebut kita beli dengan harga yang mahal pula. Jika kemudian komoditi tersebut kita olah sebagai bahan baku untuk sebuah produk tersebut akan menjadi mahal. Dengan demikian semakin banyak kita mengimpor komoditi-komoditi yang telah terkena inflasi di negara asalnya, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya inflasi di indonesia.
Sejak masanya ekonomi klasikpun telah muncul pendapat mengenai inflasi ini, menurut mereka inflasi lebih di sebabkan karena pengaruh jumlah uang yang beredar. Inflasi menjadi lebih cepat muncul dan membengkak jika pandangan dan sikap masyarakat terhadap tambahan uang yang beredar tersebut telah sampai pada tindakan spekulatif terhadap barang yang mereka beli.
Jika di perhatikan, maka inflasi memang akan membawa dampak yang kurang baik bagi beberapa aspek kegiatan ekonomi masyarakat, di antaranya:
• Pertama, Inflasi akan menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Karena dengan penghasilan yang tetap mereka tidak dapat menyesuaikan pendapatannya (menaikkan pendapatannya) dengan kenaikan harga yang di sebabkan karena inflasi. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki penghasilan yang dinamis justru biasanya akan mendapat manfaat dari adanya kenaikan harga tersebut, dengan cara menyesuaikan harga jual produk yang di jualnya. Dengan demikian pendapatan yang mereka perolehpun secara otomatis akan menyesuaikan, dan tidak jarang dengan prosentase yang lebih besar.
• Kedua, Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, karena nilai tukar kas tersebut akan lebih kecil, karena secara nominal (sesuai angka yang tertera di mata uang) harus menghadapi harga komoditi per satuan yang lebih besar. Sebaliknya mereka yang memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva tetap (umumnya golongan ekonomi menengah ke atas) justru di untungkan dengan kenaikan harga akibat inflasi tersebut. Dengan demikian inflasi akan membuat jurang kesenjangan akan semakin lebar.
• Ketiga, Inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun, sehingga orang akan cenderung memilih menginvestasikan uangnya dalam aktiva yang lebih baik, dari pada menabungkannya ke bank. Dengan gejala ini, tentulah akan mengoyahkan dunia perbankan sebagai salah satu sumber perolehan dana yang cukup penting di indonesia.
• Keempat, Inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi terhambat. Dari sektor kurs valuta asing sendiri, maka akan menyebabkan nilai rupiah mengalami depresiasi / penurunan nilai. Akibatnya nilai hutang luar negeri indonesia menjadi membengkak. Dan masih banyak akibat-akibat kurang baik dari adanya inflasi.
Meskipun banyak orang melihat inflasi sebagai suatu yang merugikan, namun ada beberapa sisi positif dari adanya inflasi ini, yakni:
 Inflasi yang terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu negara.
 Inflasi terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraannya, agar tetap dapat mengikuti penurunan nilai riil pendapatannya.
Di dalam perekonomian indonesia saat ini, telah di tempuh banyak kebijaksanaan untuk mengendalikan inflasi di dalam negeri akan di usahakan terus di bawah dua digit, mengingat pertumbuhan ekonomi kita yang meskipun sudah cukup tinggi (+/- 8% di tahun 1995/96), namun masih menghadapi masalah-masalah ekonomi lainnya. Sehingga dengan inflasi yang terkendali, di harapkan pemerintah memiliki kesempatan dan konsentrasi dalam memecahkan masalah ekonomi lainnya.

Selasa, 15 Februari 2011

APBN 2010/2011

www.gunadarma.ac.id
Nama : Metha Ardiah
NPM : 24210370
Kelas : 2EB20

MEMPROYEKSIKAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2010 2011

Mendekati akhir tahun, masalah proyeksi makroekonomi menjadi menarik untuk didiskusikan. Salah satunya adalah indikator pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal HI/2010 mencapai 6,3 persen. Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian pada kuartal 11/2010 sebesar 6,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekspor. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini banyak disebabkan oleh pembiayaan konsumsi seiring meningkatnya optimisme konsumen dan rendahnya impor. Sedangkan pertumbuhan ekspor disebabkan kuatnya permintaan dari China dan India, selain karena penguatan harga komoditas internasional.
Dari sisi "pemerintah, Menteri Keuangan Agus Martowardojo meyakini perekonomian Indonesia pada kuartal III/2010 dapat tumbuh hingga 6,3 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada dua kuartal sebelumnya. Optimisme tersebut mengacu pada peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan internasional. Dari sisi perdagangan internasional, impor kemungkinan masih akan lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor. Kendati begitu, ekspor terus tumbuh meski masih lambat.
Dari perkiraan kuartalan itu, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2010 akan berada di kisaran 5,9-6,2 persen. Ini proyeksi yang realistis dan berdasarkan kondisi obyektif sumber daya yang ada. Yang pasti, hasil capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2010 akan menjadi modal berharga memasuki tahun 2011.
Di sini BI juga memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 bakal mencapai 6-6,5 persen. Lagi-lagi hal ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga, kinerja sektor eksternal, peningkatan investasi seiring dengan permintaan domestik dan eksternal. Kisaran pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang mencapai 6,5 persen juga lebih tinggi dibanding asumsi pertumbuhan ekonomi pada Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (RAPBN) 2011 sebesar 6,4 persen. Di sisi harga, BI mencatat ada risiko yang dapat mendorong inflasi. Pertama, kecenderungan peningkatan permintaan yanglebih cepat dari penawaran.
Kedua, anomali cuaca yang kemungkinan masihberlanjut dan berpotensi mengganggukegiatan produksi serta distribusi bahan kebutuhan pokok.
Ketiga, kemungkinan ada rencana kenaikan admin!stered prices.
Untuk itu, BI terus mencermati potensi tekanan inflasi tersebut dan meningkatkan koordinasi kebijakan bersama pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta akan melakukan respons dengan bauran kebijakan yang diperlukan agar inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan yaitu 5 plus/minus 1 persen pada tahun 2010.
Yang pasti, pertumbuhan ekonomi tersebut akan mendorong pendapatan per kapita penduduk Indonesia pada tahun 2015 yang diproyeksikan akan berada pada kisaran USD5.000 hingga USD6.000. Saat ini pendapatan per kapita penduduk Indonesia sudah mencapai USD3.000. Tahun 2030, Indonesia diharapkan sudah masuk lima negara besar di dunia setelah China, Amerika, Uni Eropa, dan India.
Pada tahun 2030, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebanyak 285 juta dengan pendapatan per kapita USD30.000. Saat ini negara di Asia yang sudah mencapai pendapatan per kapita USD28.000 adalah Korea Selatan. Sedangkan Malaysia pendapatan per kapitanya sekitar USSD5.5OO.
Optimisme menaikkan pendapatan perkapita bukan omong kosong, karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang banyak. SDA ini harus dikelola dengan baik, transparan, dan akuntabel. Apalagi, hampir semua lembaga keuangan dan ekonom optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan lebih baik.
Proyeksi Standard Chartered Bank masuk dalam kategori itu. Stanchart menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan mencapai 6,5 persen dengan laju inflasi 6 persen, suku bunga acuan 7,5 persen dan nilai tukar Rp8.S00 per dolar AS. Angka ini lebih optimistis dari target pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, inflasi 5,3 persen, SBI 3 bulan 6,5 persen dan kurs Rp9.250 per dolar AS.
Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi tahun ini dipatok 5,7 persen, inflasi 5,3 persen, SBI 3 bulan 6,5 persen, dan kurs Rp9 000 per dolar AS. Argumen yang mengemuka nyaris sama, antara lain membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa pascakrisis keuangan global. Meski, di sini Stanchart terlihat jauh lebih realistis dalam memproyeksi target suku bunga acuan, inflasi, dan nilai tukar.
Senada dengan itu, proyeksi ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), yakni Muhammad Chatib Basri, juga cukup optimis yang menyandarkan argumennya terutama pada penguatan investasi. Menurut LPEM UI, investasi tahun depan lebih kuat karena impor barang modal dan bahan baku penolong tumbuh tinggi. Sepanjang 7 bulan pertama tahun ini, impor barang modal tumbuh 39,92 persen, sedangkan impor bahan baku penolong tumbuh 53,87 persen.
Optimisme pemerintah, yang mendapatkan justifikasi dari forecast Stanchart maupun LPEM UI, juga telah tecermin dalam penurunan dana cadangan risiko fiskal tahun 2011 secara signifikan dari Rp4,9 triliun menjadi Rpl.l triliun. Perlu diingat, dana cadangan itu adalah terobosan pemerintah saat merumuskan APBN 2008 guna menghadapi ketidakpastian situasi perekonomian global. Kali ini, ketidakpastian yang dijadikan faktor negatif adalah soal cuaca.
Hampir sebagian besar ekonom dan analis memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 akan lebih baik. Meski demikian, ada baiknya faktor China dijadikan sebagai salah satu variabel atau faktor penentu berhasil tidaknya pemerintah mencapai proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Kalaupun harus optimistis dengan perekonomian Indonesia tahun depan, hanya dengan memahami risiko kebesaran China dengan mengingat kenaikan laju inflasi dalam beberapa bulan inilah seharusnya argumentasi disandarkan.
Laju inflasi di China kini mencapai 3,5 persen, tertinggi dari rata-rata sebelumnya yang 1,5 persen pada 1997/1998. Situasi di India tidak jauh berbeda, yakni 10 persen atau dua kali lipat lebih tinggi dari rekor sebelumnya, yakni 5 persen pada 1997/1998. Begitu pula di Singapura, yang mencapai 3,1 persen dari rata-rata 1,2 persen pada 1997/1998. Di Indonesia, inflasi Agustus lalu tercatat 6,44 persen, merangkak dari posisi Juli 6,22 persen sekaligus kian mengonfirmasi kegagalan target APBN 2010 yakni 5,3 persen.
Itulah beberapa proyeksi makroekonomi tahun 2010 dan 2011 yang diperkirakan akan terjadi berdasarkan pertimbangan yang realistis. Harapannya, momentum kepercayaan asing terhadap Indonesia bisa menjadi faktor penguat.