Nama :
Metha Ardiah
NPM :
24210370
Kelas :
4EB20
PENGERTIAN
PERUBAHAN HARGA
Dua konsep yang mencakup pengertian
perubahan harga :
·
Tingkat harga umum – timbul
ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah.
·
Tingkat harga khusus – timbul ketika
harga barang atau jasa tertentu berubah seiring naik turunnya permintaan dan penawaran.
Laporan
keuangan di masa perubahan harga berpotensi menyesatkan apabila ada pengukuran
nilai aset yang tidak akurat, penyimpangan yang ditimbulkan diantaranya :
a)
Proyeksi keuangan berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum
disesuaikan
b) Anggaran
yang menjadi dasar pengukuran
c) Data
kinerja yang gagal menahan pengaruh inlasi yang tidak terkendali.
JENIS-JENIS PENYESUAIAN INLASI
1. Model historical cost-constant purchasing power
– daya beli tetap-biaya historis: jumlah mata uang yang disesuaikan dengan
perubahan tingkat harga (daya beli) umum.
2. Model currett-cost – biaya-kini
· aset dinilai dari biaya kininya
daripada biaya historisnya
· laba dideinisikan sebagai kekayaan
bersih setelah pajak dari perusahaan
3. Biaya Kini
disesuaikan dengan tingkat harga umum, merupakan gabungan dari Model historical cost-constant purchasing power dan
Model currett-cost, menggunakan
indeks harga umum maupun khusus
PENDEKATAN TERHADAP AKUNTANSI
INFLASI DI BEBERAPA NEGARA
1) Amerika
Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting
Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”,
pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan
dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih
dari $1 miliar, untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya
beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini. Pengungkapan ini
lebih bersifat melengkapi dan bukan menggantikan biaya historis sebagai
kerangka dasar untuk leporan keuangan utama. Banyak pengguna dan penyusun
informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa (1)
pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FSAB membingungkan, (2) biaya untuk
penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar, dan (3) pengungkapan daya beli
konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya
kini. FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang
melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal
untuk standar akuntansi inflasi dimasa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk
mengungkapkan informasi berikut untuk 5 tahun terakhir
1. Penjualan bersih dan pendapatan
operasi lainnya.
2. Laba dari operasi yang berjalan
berdasarkan dasar biaya kini.
3. Keuntungan atau kerugian daya
beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih.
4. Kenaikan atau penurunan dalam
biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang
diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang
lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan
tingkat harga umum).
5. Setiap agregat penyesuaian
translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi.
6. Aktiva bersih pada akhir tahun
menurut dasar biaya kini.
7. Laba per saham (dari operasi
berjalan) menurut dasar biaya kini.
8. Dividen per saham biasa.
9. Harga pasar akhir tahun per
lembar saham biasa.
10. Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer
Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.
Untuk meningkatkan daya banding data tersebut,
informasi dapat disajikan :
·
Ekuivalen
daya beli rata-rata (atau akhir tahun).
·
Dollar
periode dasar (1967) yang digunakan dalam menghitung CPI.
2)
Inggris
Komite
Standar Akuntans Inggris (Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan
Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standard Accounting
Practice-SSAP 16) “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada
bulan Maret 1980. Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini,
beserta catatan penjelasan.
Standar
di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan, yaitu :
a)
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis.
b) Menyajikan
akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini.
c) Menyajkan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai.
SSAP mengharuskan dua angka yang mencerminkan pengaruh perubahan
harga spesifik, yaitu :
a) Penyesuaian
modal kerja moneter mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total
jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.
b)
Mekanisme penyesuaian memungkinkan pengaruh perubahan harga spesfik terhadap
aktiva nonmoneter perusahaan.
3)
Brasil
Inflasi seringkali merupakan bagian lingkungan usaha yang
diterima di Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman Brazil di
masa lalu dengan hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi bersifat
instruktif. Meskipu tidak lagi diwajibkan, akuntansi inflasi yang
direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan dua kelompok pilihan
pelaporan-Hukum Perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brazil. Penyesuaian inflasi yang sesuai
dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas
pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah
federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi
aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta
akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang
terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan
pendapatan, cadangan evaluasi dan akun cadangan modal yang digunakan untuk
mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham
disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam
laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Komisi Pasal Modal
Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat
sahamnya harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu
periode dengan menggunakan mata uang fungsional.
HAL-HAL TERKAIT INFLASI
Saat membaca laporan, hal-hal yang perlu disesuaikan dengan
inlasi :
a) Apakah pengaruh inflasi dapat diukur
secara lebih baik oleh dolar tetap atau biaya kini
b) Perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi
inflasi
c) Akuntansi inflasi asing
d) Pengaruh gabungan dari tingkat inflasi dan
bursa efek.
Definisi Perubahan Harga
Untuk memahami makna istilah
perubahan harga (changing prices), harus dibedakan antara pergerakan harga umum
dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya masuk dalam istilah perubahan
harga itu.
a.
Perubahan harga umum
Suatu
perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh
keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan
disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi
(deflation).
b.
Perubahan harga spesifik
Perubahan
harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu
yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran.
Selama
periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jaang
mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan
lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai
lebih tinggi. Nilai aktiva yang
dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba
yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut pandang manajemen, ketidakakuratan
pengukuran ini mendistorsi:
a. Proyeksi
keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis
b. Anggaran
yang menjadi dasar pengukuran kinerja
c. Data
kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan.
Laba yang dinilai lebih pada
gilirannya akan menyebabkan:
Kenaikan dalam proporsi pajak.
• Permintaan dividen lebih banyak
dari pemegang saham.
• Permintaan gaji dan upah yang lebih
tinggi dari para pekerja.
• Tindakan yang merugikan dari
Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan
untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli
unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan.
Fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit
yaitu :
1.
Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang
dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap
mengenai faktor-faktor ini.
2.
Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada
pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat
memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang
memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
3. Laporan
dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga
lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan
yang membahas masalah-masalah tersebut
Jenis Penyesuaian Inflasi
a.
Penyesuaian
tingkat harga umum (mata uang konstan biaya historis), yaitu umlah mata uang
yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli).
b.
Penyesuaian
biaya kini, yaitu pertama, aktiva dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan
biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan
kompenen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau
modal fisik perusahaan.
Badan Standar Akuntansi Internasional
IASB telah menyimpulkan bahwa
laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang local menjadi tidak
berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29 yang
membahas Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan (dan
bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama.
Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam
mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkann pada kerangka penilaian
biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli
konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka terkait
pada periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan
posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukkan ke dalam laba kini.
Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
1. Fakta bahwa penyajian ualng
untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
2. Kerangka dasar
penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (yaitu penilaian
biaya historis atau biaya kini).
3. Identitas dan tingkat
indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama periode
pelaporan.
4. Keuntungan atau
kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
Isu-isu
Mengenai Inflasi
Terdapat empat isu akuntansi inflasi
yang cukup mengganggu, yaitu :
1. Apakah dolar konstan atau biaya
kini yang lebih mengukur pengaruh inflasi.
2. Perlakuan akuntansi terhadap
keuntungan dan kerugian inflasi.
3. Akuntansi inflasi luar negeri.
4. Menghindari fenomena kejatuhan
ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Keuntungan atau kerugian pos-pos
moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar
konstan, saldo awal dan akhir, serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan
kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkam
diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memeandang keuntungan dan
kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang
lain. Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi
modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Pendekatan di Brazil yang tidak
lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit,
karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Perlakuan
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas, piutang, dan utang)
tergolong kontroversial. Penelitian kami terhadap praktik di berbagai negara
mengungkapkan perbedaan yang penting dalam hal ini. Di Amerika,
keuntungan atau kerugian pos-pos moneter ditentukan dengan menyajikan ulang
dalam dolar konstan, saldo awal dan saldo akhir. Serta transaksi dalam, seluruh
aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang), angka yang
dihasilkan diungkapkan sebagai saldo terpisah. Perlakuan ini memandang
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis
pendapatan yang lain.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi
total laba menjadi dua bagian: (1) laba operasi (perbedaan antara pendapatan
kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi) dan (2) keuntungan yang belum
direlasisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai
pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Kenaikan dalam biaya
penggantian aktiva operasi (yaitu, proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi
untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau
tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan
yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan
aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian
dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal
fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktifa yang dimiliki untuk spekulasi,
seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu
diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika
penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kanaikan atau penurunan ekuivalen
biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus
dinyatakan langsung dalam laba.
modal
fisiknya.
Akuntansi Untuk Inflasi di Luar Negeri
Di Amerika serikat, FASB berupaya untuk
membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk
melakukan eksperimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan
pengungkapan biaya kini. FAS 89, yang mendorong (dan bukan lagi mengharuskan)
perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, masih meninggalkan
permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua tingkatan. Pertama
perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan
biaya historisnya (disajikan ulang untuk perubahan tingkat harga umum) atau
menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini. Kedua, perusahaan yang
memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar negeri
memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan ulang
akun-akun luar negeri dalam dolar AS. Para investor memberi perhatian
terhadap potensi perusahaan untuk menghasilkan deviden, karena nilai investasi
mereka sangat tergantung pada deviden dimasa depan. Potensi suatu perusahaan
untuk menghasilkan deviden berkaitan langsung dengan kapasitasnya untuk
memproduksi barang dan jasa. Jika suatu perusahaan mempertahankan kapasitas
produksinya, baru ada suatu deviden masa depan yang dapat dipertimbangkan.
Menyajikan ulang akun-akun perusahan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen
harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi
ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak
mungkin yang menyangkut deviden dimasa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan
dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang dilakukan
dewasa ini.
Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun
luar negeri terhadap inflasi di luar negeri, seseorang harus berhati-hati untuk
menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena
inflasi local langsung berpengaruh terhadap kurs yang digunakan dalam
translasi. Apabila teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik
antara laju inflasi internal suatu negara dan nilai eksternal mata uangnya,
bukti-bukti menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan
(paling tidak dalam jangka pendek). Dengan demikian, ukuran penyesuaian yang
terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada
sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.
Mengapa Laporan Keuangan Memiliki
Potensi Untuk Menyesatkan Selama Periode Perubahan Harga?
Selama periode inflasi, nilai aktiva
yang tercatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai
terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah
menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih
tinggi.
Penyesuaian
Tingkat Harga Umum
Mata uang konstan biaya historis
atau equivalen daya beli umum merupakan jumlah mata uang yang disesuaikan
terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli). Jumlah nominal merupakan
jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa. Sebagai contoh, selama
periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca
sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila
biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam
bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini,
ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari
periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh sebab itu, jumlah nominal
harus disesuaikan untuk perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat
ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini.
- Inflasi : Kenaikan harga secara umum.
Penyebab inflasi :
1)
Kebijakan moneter
2)
Kebijakan fiskal
3)
Biaya pemilihan umum yang terlalu besar
4)
Penyebaran inflasi international
- Deflasi : Penurunan harga secara umum.
MENGAPA LAPORAN KEUANGAN DI MASA
PERUBAHAN HARGA BERPOTENSI MENYESATKAN?
- Dari sudut pandang manajerial, pengukuran yang tidak akurat dapat menimbulkan penyimpangan sebagai berikut:
1) Proyeksi
keuangan berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum disesuaikan,
2) Anggaran yang
menjadi dasar pengukuran, dan
3) Data kinerja
yang gagal menahan pengaruh inflasi yang tidak terkendali.
- Pendapatan yang dibesarkan dapat menimbulkan sebagai berikut:
1) Kenaikan
pajak yang sebanding,
2) Permintaan
deviden yang lebih banyak dari pemegang saham,
3) Tuntutan
kenaikan gaji karyawan, dan
4) Kebijakan
yang merugikan dari pemerintah tuan rumah (misalkan pajak yang dibebankan atas
kelebihan laba)
- Alasan-alasan untuk mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit, sebagai berikut:
1) Pengaruh
perubahan harga bergantung secara parsial kepada transaksi dan kondisi
perusahaan.
2) Penanganan masalah
uang diakibatkan oleh perubahan harga bergantung kepada pemahaman yang akurat
terhadap masalah tersebut.
3) Pernyataan
manajer mengenai masalah yang diakibatkan oleh perubahan harga lebih dapat
dipercaya jika perusahaan mengeluarkan informasi keuangan yang membahasa
masalah tersebut.
JENIS-JENIS PENYESUAIAN INFLASI
Rangkaian statistik yang bertujuan
mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara
bersamaan. Tiap perubahan harga memiliki pengaruh yang berlainan terhadap
pengukuran posisi keuangan dan kinerja operasional dari suatu perusahaan dan
diterangkan menurut tujuan yang berlainan pula.
PENYESUAIAN TINGKAT-HARGA UMUM
- Mata uang tetap (biaya historis) adalah jumlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli) umum.
1)
INDEKS HARGA
Angka indeks harga digunakan dalam
translasi jumlah uang yang dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara
daya beli di akhir periodenya (yaitu daya beli tetap-biaya historis).
Rumus yang digunakan adalah:
GPLC / GPLtd x
Jumlah Nominaltd = PPEC
dimana,
GPL = indeks
harga umum
c
= tahun berjalan
td
= tanggal transaksi
PPE =
setara daya beli umum
PENYESUAIAN BIAYA-KINI
Perbedaan model biaya kini dengan
akuntansi konvensional, yaitu:
1) Aset dinilai
pada biaya kininya ketimbang biaya historisnya.
2) Laba
didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu
jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan perusahaan disuatu periode
(tidak termasuk pertimbangan pajak) sambil tetap mempertahankan kapasitas
produksi atau modal fisiknya.
BIAYA KINI DISESUAIKAN DENGAN
TINGKAT-HARGA UMUM
Kebijakan akuntansi:
1) Dasar Penyajian
2) Komparabilitas
3) Persediaan
4) Aset Tetap
5) Penyusutan
6) Penyajian ulang
ekuitas pemegang saham
7) Defisit atas
penyajian ulang ekuitas pemegang saham
8) Laba atau rugi dari
posisi moneter
PENDEKATAN TERHADAP AKUNTANSI
INFLASI DI BEBERAPA NEGARA
1)
AMERIKA SERIKAT
Perusahaan pelapor disarankan untuk
mengungkapkan informasi berikut tiap lima tahun terakhir:
- Penjualan bersih dan pendapatan operasional lain
- Laba operasional berkelanjutan berdasarkan biaya-kini
- Daya beli laba atau rugi (moneter) atas pos-pos moneter bersih
- Peningkatan atau penurunan biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah
- Semua penyesuaian translasi gabungan mata uang asing, berdasarkan biaya-kini
- Aset bersih di akhir tahun berdasarkan biaya-kini
- Pendapatan per saham
- Dividen per saham dari saham biasa
- Harga pasar per saham dari saham biasa
- Harga pasar per saham dari saham biasa di akhir tahun
- Tingkat Indeks Harga Konsumen (CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasional berkelanjutan
2)
INGGRIS
Standar Inggris memberikan tiga
pilihan dalam pelaporan:
- Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan dasar dengan dilengkapi akun-akun biaya historis.
- Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan dasar dengan dilengkapi akun-akun biaya kini.
- Menyajikan akun-akun biaya kini saja dengan dilengkapi akun-akun biaya historis seperlunya.
3)
BRASIL
Pelaporan akuntansi inflasi yang
dianjurkan di Brazil, yaitu sesuai:
- Undang-Undang Perusahaan Brasil, dan
- Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil
INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD
BOARDS (IASB)
IASB menyimpulkan bahwa laporan
posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal
di lingkungan hiperinflasi tidak bermanfaat. Laba atau rugi daya beli terkait
posisi kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan ke dalam laba
bersih.
Perusahaan pelaporan juga harus
mengungkapkan:
1) Fakta bahwa
penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukur telah dilakukan.
2) Model penilaian aset
yang digunakan dalam pelaporan utama (yaitu penilaian historis atau biaya kini)
3) Identitas dan
tingkat indeks harga per tanggal neraca, berikut pergerakannya selama tahun
pelaporan.
4) Laba-rugi moneter
bersih tahun berjalan.
HAL-HAL TERKAIT INFLASI
· Laba dan Rugi Inflasi
· Laba dan Rugi Modal
· Inflasi Asing
Infalsi telah
menjadi fakta yang penting dan ttap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan
nilai mata uang moneter benar-benar diakui para akuntan dewasa ini, tetapi
terdapat pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyesuaikannya.
Di Amerika Serikat, FASB Statement No. 33 mengharuskan pengungkapan khusus oleh
perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan
ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu
kendala pengukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi. Apabila pengukuran keuangan
didasarkan pada harga-harga historis atau apabila perbandingan terdiri dari
agregat harga selama tahun-tahun yang berbeda, maka hubungan yang dianggap
biasa di dalam laporan keuangan telah berubah. Upaya mengatasi kendala ini
telah melahirkan usul-usul untuk memodifikasi atau merumuskan kembali
pengukuran akuntansi tradisional. Pada umumnya pendekatan ini lebih dapat
diterima oleh profesi akuntansi ketimbang pendekatan radikal yang akan
menetapkan struktur akuntansi baru guna menghindari perbandingan dan
penjumlahan harga (agregationns of
price) dari tahun-tahun yang berbeda.
Daftar
istilah Akutansi Inflasi
Atribut. Karakteristik kuantitatif
suatu pos yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh: biaya histories
atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
Penyesuaian biaya kini.
Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu
Kekayaan yang dapat dihapuskan.
Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar
awalnya aktiva bersih
Mekanisme Penyesuaian.
Manfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan
utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan
biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai
melalui utang
Ekuivalen Daya Beli Umum.
Jumlah mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga
umum
Keuntungan kepemilikan suatu investasi.
Kenaikan nilai biaya kini suatu aktiva nonmoneter
Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat
besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian meningkat
sebesar lebih dari 25% pertahun
Inflasi. Kenaikan dalam tingkat
harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
Aktiva moneter. Klaim terhadap jumlah mata
uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha
Keuntungan Moneter.
Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban
moneter selama periode inflasi
Kewajiban moneter. Suatu kewajiban untuk
membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang
dengan suku bunga yang tetap
Kerugian Moneter. Penurunan dalam daya beli
secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama periode
inflasi
Penyesuian Modal Kerja Moneter.
Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang
digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan operasinya
Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga
Aktiva Nonmoneter. Aktiva yang tidak
menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap,
dan peralatan
Kewajiban Nonmoneter.
Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa
depan, seperti uang muka pelanggan
Penyesuian Paritas.
Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk
perusahaan dan Negara tuan rumah
Aktiva permanent. Istilah di Brasil untuk
aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi
terkait serta jumlah deplesi atau amortisasi
Indeks Hraga. Suatu rasio biaya dimana
pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang
representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari
keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar
Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu
unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa
Laba Riil. Laba bersih yang telah
disesuaikan untuk perubahan harga
Biaya penggantian. Biaya kini untuk mengganti
potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha
Mata uang pelaporan.
Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan
Metode nyatakan kembali-translasikan.
Digunakan pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun
anak perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi
Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau
peralatan
Metode translasikan-nyatakan kembali.
Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan
keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan
kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk
perusahaan
Mengapa
Laporan Keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan selama periode perubahan
harga?
Dari
sudut pandang manajemen, ketidakakuratan pengukuran ini mendistrosi
· Proyeksi
keuangan yang didasarkan pada data seri waktu histories
· Anggrana
yang menjadi dasar pengukuran kinerja
· Data
kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan
Laba
yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
· Kenaikan
dalam proporsi pajak
· Permintaan
dividen lebih banyak dari pemgang saham
· Permintaan
gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
· Tindakan
yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang
sangat besar)
Oleh
karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan
karena beberapa alasan :
· Pengaruh
perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi
sutu perusahaan
· Mengelola
masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang
akurat atas masalah tersebut
· Laporan
dari para manager mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan
harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi
keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun inflasi melambat, akutansi perubahan harga tetap
berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa
waktu dapat menjadi signifikan
Jenis Penyesuaian Inflasi
Akutansi untuk pengaruh laporan keuangan atas perubahntingkat
harga umumdisebut sebgai model daya beli konstan biaya histories. Akutansi
untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini
Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum
(daya beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya histories atau
ekuivalen daya beli umum
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah uang yang
dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir
periode (yaitu daya beli konstan biaya histories)
Obyek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Darimana datangnya kerugian moneter?
Selama inflasi, perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak
berkaitan dengan kegiatan operasionalnya. Perubahan ini muncul dari aktiva atau
kewajiban moneter, klain terhadap atau kewajiban untuk m embayarkanmata uang
dengan jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang
usaha, yang umumnya akan kehilangna daya beli selama periode inflasi. Kewajiban
moneter mencakup kebanyakan utang, yang umumnya akan menimbulkan keuntungandaya
beli selama inflasi
Penyesuian Biaya Kini.
Model biaya kini berbeda dengan akutansi yang konvensional
dalam dua aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan
bukan biaya histories. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan
komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau
modal fisik perusahaan.
Fluktuasi nilai mata uang dan
perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang
terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga
( changing princes ), kita
harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik,
yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga
umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut
inflasi ( inflation ),
sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ).
Inflasi telah menjadi fakta yang
penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang
moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan
mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat,
FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh
perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan
ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu
kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.
LAPORAN KEUANGAN DAPAT MEMILIKI
POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva
yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai
terkininya ( yang lebih tinggi ). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi
(1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2)
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak
dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang
dinilai lebig pada gilirannya akan menyebabkan :
· Kenaikan dalam proporsi pajak
· Permintaan deviden lebih banyak dari
pemegang saham
· Permintaan gaji dan upah yang lebih
tinggi dari pada pekerja
· Tindakan yang merugikan dari Negara
tuan rumah ( seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar)
Kegagalan untuk menyesuaikan data
keungan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga
menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan
dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode
inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum
yang lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang kemudian diterapkan
terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan
keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (
ekuivalennya ) selama periode inflasi.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian
bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang timbulkan
oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah
tersebut.
3. Laporan dari para menajer mengenai
permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah dipercaya apabila
kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi
perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam
beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga
bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
JENIS PENYESUAIAN INFLASI
Setiap jenis perubahan harga memiliki
pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja
operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang
tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga
umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk
perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
PENYESUAIAN TINGKAT HARGA UMUM
Jumlah mata uang yang disesuaikan
terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut sebagai mata uang konstan
biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum
disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh,
selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam
neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal.
Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam
bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini,
ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi )
dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah
nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang
agar dapat ditandingkan dengan transaksi.
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur
dengan indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah p1q1 /
Jumlah p0q0 dimana p = harga suatu barang tertentu
dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks harga adalah rasio biaya.
Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang menghabiskan uang
$20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representive pada
akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000 untuk membeli
keranjang yang sama setahun kemudian ( awal tahun 3 ), indeks harga akhir tahun
pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju
inflasi sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang
dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang pada
tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks tingkat harga umum akan menjadi
$23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi 17,5 % semenjak tahun
dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk
mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi
ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd =
PPEc
GPLc / GPLtd x Pendapatan Total =
PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c
= periode kini
td
= tanggal transaksi
PPE =
ekuivalen daya beli umum
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara tradisional, laba merupakan
bagian dari kekayaan perusahaan ( yaitu aktiva bersih ) yang dapat ditarik oleh
perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga
dibawah posisi awal. Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi
perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan dengan
kegiatan operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau kewajiban moneter,
kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa depan.
Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan menghilangkan
daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang
yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.
PENYESUAIAN BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan
akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai
berdasarkan biaya kini bukan biaya historis (2) Laba adalah jumlah sumber daya
yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa
pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas
produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal
adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan untuk
mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode
berjalan.
Metode mana yang baik?
Penyesuaian biaya kini berpendapat
bahwa usaha tidak dipengaruhi oleh inflasi umum, tetapi lebih dipengaruhi oleh
kenailan biaya operasi khusus dan pengeluaran aktiva tetap.
Group Modelo diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai berikut :
- Persediaan
Pos-pos ini dinilai berdasarkan
metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan
metode biaya penggantian atau manufaktur.
- Harga Pokok Penjualan
Penyajian ulang akun ini dinilai
berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.
- Aktiva Tetap
Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya
akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh
dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi
nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent
pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian
dilakukan setelah tanggal tersebut.
- Depresiasi
Pos ini dihitung berdasrkan nilai
penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar, perkiraan masa
manfaat ditentukan oleh penilai independent.
- Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini disajikan ulang dengan
menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal
kontribusinya.
Model biaya kini
berbeda dengan akutansi yang konvensional dalam dua aspek utama.
Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya histories.
Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh
perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan komponen pajak), namun
tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
- Keridakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan
penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva nonmoneter dan akumulasi
hasil moneter ekuitas.
- Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter
Pos ini menunjukka perubahan dalam
nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi.
- Akumulasi hasil moneter ekuitas
Pos ini merupakan hasil yang berawal
dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
3. Menentukan
perbedaan model akuntansi biaya terkini dan konvensional.
Secara umum, dalam akuntansi
konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang
mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih
tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat
beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain
akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga
umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen laporan keuangan ke dalam
rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah
prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai
historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut relevansi penggunaan
akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat ini. Beberapa
argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi tingkat harga
umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari dua penelitian
mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum terhadap laporan
keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian berdasarkan
akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
4.
Menjelaskan perbedaan akuntansi inflasi di AS, Inggris,
dan Brasil.
Di Amerika
Serikat, keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan
me restate, ke dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi
dalam, semua aset-aset dan kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang).
Hasilnya dimaksudkan untuk menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja
perusahaan dalam mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89,
paragraf 65-66). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba
tetapi diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini
menyiratkan bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter
berbeda sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris,
keuntungan dan kerugian atas item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja
moneter dan geraing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan
perubahan tingkat harga berikut diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika
penjualan dilakukan secara kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja
(dalam arti, perusahaan membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam
replacement cost dari persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih.
Sebaliknya, ketika persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit,
perubahan-perubahan harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada
dasarnya dibiayai oleh pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari
pembeli bebas untuk digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini
sama dan dipandang sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan
untuk menghasilkan laba operasi yang telah disesuaikan.
Di Brazil,
tidak menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena
jumlah-jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul
dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah
disesuaikan dengan tingkat harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli
umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset
permanen yang melebihi penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang
dibiayai dengan hutang, sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya,
penyesuaian modal yang lebih besar daripada penyesuaian aset permanen
menunjukkan porsi modal kerja yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini
diakui adanya kerugian daya beli selama periode inflasi.
5.
Memahami pelaporan keuangan dalam perekonomian
hiperinflasi.
ED PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial Reporting in Hyperinflationary
Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian kembali laporan keuangan
ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan entitas. Dalam
kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam unit pengukuran
kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait di periode
sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan,
dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba rugi dan
diungkapkan terpisah. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 63 Pelaporan
Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri dari paragraf 1 – 40. Seluruh
paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak
dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 63 harus
dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan dasar memilih dan
menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material. Pernyataan
ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk laporan keuangan konsolidasian,
dari setiap entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang dari suatu
ekonomi yang mengalami hiperinflasi (selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi.
Dalam ekonomi hiperinflasi, pelaporan hasil operasi dan posisi keuangan dalam
mata uang lokal tanpa penyajian kembali tidak bermanfaat. Uang menjadi kehilangan
daya beli sedemikian rupa sehingga perbandingan jumlah dari transaksi dan
kejadian lain dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi yang sama,
menjadi menyesatkan.
Pernyataan ini tidak menetapkan pada
tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan
dalam penentuan kapan penyajian kembali laporan keuangan perlu dilakukan sesuai
dengan pernyataan ini. Karakteristik dari lingkungan ekonomi suatu negara yang
merupakan indikasi bahwa negara tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:
1. Penduduknya
lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau
dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki
segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli;
2. Penduduknya
mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang lokal tetapi dalam mata
uang asing yang relatif stabil.
3. Harga-harga
mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;Harga yang berlaku dalam
penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor
ekspektasi hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika periode
kreditnya singkat.
4. Suku
bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
5. Tingkat
inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
Semua entitas yang menyusun laporan
keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama dianjurkan menerapkan
Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun, Pernyataan ini diterapkan atas
laporan keuangan setiap entitas sejak awal periode pelaporan ketika entitas
mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara yang mata uangnya digunakan oleh
entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan.
6. Mengetahui
apakah dolar konstan atau biaya kini lebih baik untuk mengukur pengaruh
inflasi.
Terdapat empat isu akuntansi inflasi
yang cukup mengganggu. Ke empat isu itu adalah:
(1) apakah dolar konstan atau biaya
kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
(2) perlakuan akuntansi terhadap
keuntungan dan kerugian inflasi,
(3) akuntasi inflasi luar negeri,
(4) menghindari fenomena kejatuhan
ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial.
Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan
menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi
dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang).
Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis
pendapatan yang lain. Di Inggris keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka
tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme
penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham
yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga.
Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk
menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai
“Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”. Pendekatan di Brasil yang
tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara
eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat
direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen
dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan
keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal
dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi
penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai
oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian
ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya
sebagian modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk
bagian ini selama periode inflasi. SSAP 16 memiliki keunggulan dalam mengatasi
pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan aktiva tetapnya, suatu
perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai nominal bersih untuk
mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang semakin meningkat.
Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa
inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,
waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan. Suatu perusahaan dapat mengukur
penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk
mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat
menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di
Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan
mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya
sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok
penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang
laba biaya historis selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan
beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
:
Akuntansi untuk biaya kini membagi
total laba menjadi 2 bagian :
(1) laba operasi (perbedaan antara
pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi)
(2) keuntungan yang belum
direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan nilai
pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran
keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya
tidaklah demikian.
Kenaikan dalam biaya penggantian
aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk
mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau
tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan
yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan
aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian
dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal
fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi,
seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu
diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika
penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen
biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus
dinyatakan langsung dalam laba.
7. Definisi
penurunan ganda (double dip) dan menjelaskan cara penangannya.
Kehati-hatian harus dijaga untuk
mencegah fenomena “double-dip”. Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi
lokal memberi dampak langsung pada kurs yang digunakan dalam proses translasi.
Walaupun ahli ekonomi umumnya mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju
inflasi internal suatu negara dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti
memperlihatkan bahwa hubungan seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam
jangka pendek. Oleh karenanya, besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk
menghilangkan fenomena perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar
korelasi negatif antara kurs dengan perbedan inflasi. Penyesuaian inflasi
terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk menentukan
laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba. Meskipun begitu
akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs
antara laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan ,
yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama satu periode
tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian
dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang
telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus
diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi. Penyesuaian di atas
relevan untuk perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS, yang
telah mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri
berdasarkan FAS No. 52 dan yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan
kurs berjalan. Penyesuaian tersebut sangat berhubungan erat dengan
perusahaan-perusahaan multinasional Eropa, jika kita melihat metode-metode
translasi valuta yang dewasa ini mereka paki. Dalam sebuah survey mengenai
praktik-praktik translasi valuta asing di Denmark, Jerman, Belanda, Swedia,
Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan disana mendemonstrasikan kecendrungan
ke arah penggunaan metode translasi kurs berjalan. Walaupun banyak perusahaan
melaporkan keuntungan dan kerugian translasi valuta dalam cadangan neraca,
sejumlah besar perushaan, terutama di Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan
keuntungan dan kerugian semacam itu langsung di dalam laba berjalan. Tanpa
adanya penyesuaian untuk menghindari perhitungan ganda yang telah di singgung
sebelumnya., perusahaan-perusahaan semcam itu bisa berakhir dengan laba yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena inflasi luar negeri dihitung dua
kali.
1. PERBEDAAN MODEL BIAYA AKUNTANSI TERKINI DAN MODEL
KONVENSIONAL
Secara umum, dalam akuntansi
konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang
mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan. Pada periode
ini pendapatan umumnya dinilai lebih tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai
lebih rendah. Sebenarnya, terdapat beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh
perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang,
dan akuntansi tingkat harga umum. Akuntansi tingkat harga umum akan
mengadakan restatement komponen-komponen
laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama
sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
berdasarkan nilai historis. Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut
relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat
ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi
tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari
dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum
terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian
berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
Laporan Keuangan Biaya Historis
Laporan Posisi Keuangan
1)
Jumlah dalam laporan posisi keuangan
yang belum dinyatakan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan,
disajikan kembali dengan menerapkan indeks harga umum.
2)
Pos-pos moneter tidak disajikan
kembali karena sudah dinyatakan dalam unit moneter kini pada akhir periode
pelaporan. Pos-pos moneter adalah uang yang dimiliki dan hal yang akan diterima
atau dibayar dalam bentuk uang.
3)
Aset dan liabilitas, melalui
perjanjian, yang terhubung dengan perubahan harga misalnya index linked bonds
and loans, disesuaikan sesuai dengan perjanjian untuk memastikan jumlah saldo
pada akhir periode pelaporan. Pos-pos tersebut dicatat pada jumlah yang telah
disesuaikan dalam laporan posisi keuangan yang disajikan kembali.
4)
Seluruh aset dan liabilitas lain
adalah nonmoneter. Beberapa pos nonmoneter dicatat pada jumlah kini pada akhir
periode pelaporan, seperti nilai realisasi neto dan nilai wajar,maka pos
tersebut tidak disajikan kembali. Seluruh aset dan liabilitas nonmoneter yang
lain disajikan kembali.
5)
Sebagian besar pos-pos nonmoneter
dicatat pada biaya perolehan atau biaya perolehan dikurangi penyusutan. Oleh
karena itu, pos-pos tersebut disajikan sebesar jumlah kini pada tanggal
akuisisinya. Biaya perolehan, atau biaya perolehan dikurangi penyusutan, yang
disajikan kembali untuk setiap pos ditentukan dengan menerapkan perubahan
indeks harga umum dari tanggal akuisisi sampai akhir periode pelaporan pada
biaya historis dan akumulasi penyusutan. Misalnya, aset tetap, persediaan bahan
baku dan barang dagangan, goodwill, paten, merek dagang dan aset serupa
disajikan kembali dari tanggal pembeliannya. Persediaan barang setengah jadi
dan barang jadi disajikan kembali dari tanggal terjadinya biaya pembelian dan
biaya konversi.
6)
Catatan rinci tanggal perolehan dari
unit-unit aset tetap mungkin tidak tersedia atau tidak dapat diestimasi. Dalam
keadaan yang jarang terjadi, hal ini mungkin diperlukan, pada periode pertama
kali menerapkan Pernyataan ini, untuk menggunakan penilaian profesional
independen atas nilai unit tersebut sebagai dasar penyajian kembalinya.
7)
Indeks harga umum mungkin tidak
tersedia untuk periode saat menyajikan kembali aset tetap yang disyaratkan oleh
Pernyataan ini. Dalam keadaan ini, entitas mungkin perlu untuk menggunakan
dasar estimasi, misalnya, pada perpindahan kurs antara mata uang fungsional dan
mata uang asing yang relatif stabil.
8)
Beberapa pos nonmoneter dicatat pada
jumlah kini pada tanggal selain tanggal akuisisi atau tanggal laporan posisi
keuangan, misalnya aset tetap yang telah direvaluasi pada tanggal sebelumnya.
Dalam kasus ini, jumlah tercatat disajikan kembali dari tanggal revaluasi.
9)
Jumlah yang disajikan kembali dari
pos-pos nonmoneter dikurangi, sesuai dengan PSAK terkait, ketika jumlah
tersebut melebihi jumlah terpulihkan. Misalnya, jumlah aset tetap, goodwill,
paten dan merek dagang yang disajikan kembali dikurangi menjadi jumlah
terpulihkan, dan jumlah persediaan yang disajikan kembali dikurangi menjadi
nilai realisasi neto.
10) Investee yang mencatat dengan metode
ekuitas dapat membuat laporan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi. Laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif investee tersebut disajikan
kembali sesuai dengan Pernyataan ini untuk mengitung bagian investor atas aset
neto dan laba rugi. Ketika laporan keuangan investee yang disajikan kembali
dinyatakan dalam mata uang asing, maka laporan keuangan tersebut dijabarkan
pada kurs penutup.
11) Pengaruh inflasi biasanya diakui
dalam biaya pinjaman. Hal yang tidak sesuai untuk menyajikan kembali
pengeluaran modal yang dibiayai dengan pinjaman serta mengkapitalisasi bagian
biaya pinjaman untuk mengkompensasi inflasi selama periode yang sama. Bagian
biaya pinjaman ini diakui sebagai beban dalam periode saat biaya terjadi.
12) Entitas dapat memperoleh aset dalam
perjanjian yang mengizinkan entitas untuk menangguhkan pembayaran tanpa
menimbulkan beban bunga eksplisit. Ketika entitas tidak praktis untuk
menentukan jumlah bunga, maka aset tersebut disajikan kembali dari tanggal
pembayaran dan bukan tanggal pembelian.
13) Pada awal periode pertama kali
penerapan Pernyataan ini, komponen ekuitas, kecuali saldo laba dan surplus
revaluasi, disajikan kembali dengan menggunakan indeks harga umum dari tanggal
komponen ekuitas tersebut dikontribusikan atau muncul. Surplus revaluasi yang
timbul dalam periode sebelumnya dieliminasi. Saldo laba yang disajikan kembali
berasal dari seluruh jumlah lain dalam laporan posisi keuangan
14) Pada akhir periode pertama dan
periode selanjutnya, seluruh komponen ekuitas disajikan kembali dengan
menerapkan indeks harga umum dari awal periode atau tanggal kontribusi, jika
lebih belakangan. Perpindahan dalam ekuitas pemilik selama periode diungkapkan
sesuai dengan PSAK 1 (revisi 2009)
Penyajian Laporan Keuangan. Laporan Laba Rugi Komprehensif
Penyajian Laporan Keuangan. Laporan Laba Rugi Komprehensif
15) Pernyataan ini mensyaratkan bahwa
seluruh pos dalam laporan laba rugi komprehensif dinyatakan dalam unit
pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Oleh karena itu, seluruh jumlah
perlu untuk disajikan kembali dengan menerapkan perubahan indeks harga umum
dari tanggal pos pendapatan dan beban tersebut awalnya dicatat dalam laporan
keuangan.
Keuntungan atau Kerugian Posisi Moneter Neto
Keuntungan atau Kerugian Posisi Moneter Neto
16) Dalam suatu periode inflasi, jika
entitas memiliki aset moneter melebihi liabilitas moneter, maka daya beli
entitas menurun; dan jika entitas memiliki liabilitas moneter melebihi aset
moneter, maka daya beli entitas meningkat sepanjang tidak terhubung dengan
suatu tingkat harga. Keuntungan atau kerugian posisi moneter neto tersebut
sebagai selisih aset nonmoneter, ekuitas dan pos-pos dalam laporan laba rugi
komprehensif yang disajikan kembali serta penyesuaian indeks yang terhubung
dengan aset dan liabilitas. Keuntungan atau kerugian tersebut dapat diestimasi
dengan menggunakan perubahan indeks harga umum menjadi rata-rata tertimbang
selama periode atas selisih antara aset moneter dan liabilitas moneter.
17) Keuntungan atau kerugian posisi
moneter neto termasuk dalam laporan laba rugi. Penyesuaian terhadap aset dan
liabilitas yang terhubung dengan perubahan harga perjanjian) sesuai dengan
paragraf 13, saling hapus dengan keuntungan atau kerugian posisi moneter neto.
Pos pendapatan dan beban lain, seperti pendapatan dan beban bunga serta selisih
kurs terkait investasi atau pinjaman dana, juga terkait dengan posisi moneter
neto. Meskipun pos tersebut diungkapkan secara terpisah, hal yang dapat
membantu jika pos tersebut disajikan bersamaan dengan keuntungan atau kerugian
posisi moneter neto dalam laporan laba rugi komprehensif.
Laporan Keuangan Biaya Kini Laporan Posisi Keuangan
Laporan Keuangan Biaya Kini Laporan Posisi Keuangan
18) Pos-pos yang disajikan pada biaya
kini tidak disajikan kembali karena sudah dinyatakan dalam unit pengukuran kini
pada akhir periode pelaporan. Pos lainnya dalam laporan posisi keuangan
disajikan kembali sesuai dengan paragraf 11 sampai 24.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan Laba Rugi Komprehensif
19) Laporan laba rugi komprehensif yang
menggunakan biaya kini, sebelum penyajian kembali, secara umum melaporkan biaya
kini pada waktu terjadinya transaksi atau peristiwa yang mendasari. Oleh karena
itu, seluruh jumlah tersebut perlu disajikan kembali dalam unit pengukuran kini
pada akhir periode pelaporan dengan menggunakan indeks harga umum.
Keuntungan Atau Kerugian Posisi Moneter Neto
Keuntungan Atau Kerugian Posisi Moneter Neto
20) Keuntungan atau kerugian posisi
moneter neto dicatat sesuai dengan paragraf 26 dan 27. Laporan Arus Kas
21) Pernyataan ini mensyaratkan bahwa
seluruh pos dalam laporan arus kas dinyatakan dalam unit pengukuran kini pada
akhir periode pelaporan
Angka Terkait
Angka Terkait
22) Angka terkait pada periode pelaporan
sebelumnya, apakah berdasarkan pada pendekatan biaya historis atau pendekatan
biaya kini, disajikan kembali dengan menggunakan indeks harga umum, sehingga
laporan keuangan komparatif disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir
periode pelaporan. Informasi yang diungkapkan sehubungan dengan periode
sebelumnya juga dinyatakan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode
pelaporan. Untuk tujuan penyajian jumlah komparatif dalam selisih penyajian
mata uang, diterapkan PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta
Asing paragraf 42(b) dan 43.
Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan Konsolidasi
23) Entitas induk yang membuat
laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi dapat memiliki entitas
anak yang juga membuat laporan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi. Laporan
keuangan entitas anak tersebut perlu disajikan kembali dengan menggunakan
indeks harga umum dari negara yang mata uangnya dilaporkan sebelum dimasukkan
dalam laporan keuangan konsolidasi yang diterbitkan oleh entitas induk. Ketika
entitas anak merupakan entitas asing, maka laporan keuangan yang disajikan
kembali dijabarkan pada kurs penutup. Laporan keuangan entitas anak yang tidak
dilaporkan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi diperlakukan sesuai Valuta
Asing.
24) Jika laporan keuangan dengan
akhir periode pelaporan yang berbeda dikonsolidasikan, maka seluruh pos moneter
dan nonmoneter perlu disajikan kembali dalam unit pengukuran kini pada tanggal
laporan keuangan konsolidasian.
Sumber :
http://lhiyagemini.blogspot.com/2012/04/bab-7-resume-pelaporan-keuangan-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar