Nama
: Metha Ardiah
NPM
: 24210370
Kelas
: 4EB20
Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan
jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi
tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban. Dalam arti sempit, harga
transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau
setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba.
Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk
kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.
Tujuan yang diinginkan dalam harga transfer :
1. Memaksimalkan
penghasilan global
2. Mengamankan posisi
kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar
3. Mengevaluasi kinerja
anak/cabang perusahaan mancanegara
4. Menghindarkan
pengendalian devisa
5. Mengatrol
kredibilitas asosiasi
6. Mengurangi risiko
moneter
7. Mengatur arus kas
anak/cabang yang memadai
8. Membina hubungan baik
dengan admintrasi setempat
9. Mengurangi beban
pengenaan pajak dan bea masuk
10. Mengurangi risiko pengambil alihan oleh
pemerintah.
PENENTUAN
HARGA TRANSFER INTERNASIONAL : VARIABEL YANG RUMIT
Kebutuhan untuk penentuan harga transfer muncul
apabila barang dan jasa dipertukaran di antara unit-unit organisasi yang sama.
Ada beberapa variabel dalam mementukan harga transfer:
1.
Faktor Pajak
Harga transaksi yang wajar merupakan harga yang akan
diterima oleh pihak-pihak tidak berhubungan istimewa untuk barang-barng yang
sama atau serupa dalam keadaan yang sama persis atau serupa. Metode penentuan
harga transaksi wajar yang dapat diterima adalah:
a)
Metode penentuan harga tidak terkontrol yang sebanding
b)
Metode penentuan harga jual kembali
c)
Metode penentuan biaya plus dan
d)
Metode harga lainnya
2.
Faktor Tarif
Tarif yang dikenakan untuk barang-barang impor juga
mempengaruhi kebijakan penentuan harga transfer perusahaan multinasional.
Sebagai tambahan atas keseimbangan yang diidentifikasikan, perusahaan
multinasional harus mempertimbangkan biaya dan manfaat tambahan, baik internal
maupun eksternal. Tarif pajak tinggi yang dibayarkan oleh importer akan
menghasilkan dasar pajak penghasilan yang lebih rendah.
3.
Faktor Daya Saing
Demikian juga halnya, harga transfer yang lebih rendah
dapat digunakan untuk melindungi operasi yang sedang berjalan dari pengaruh
kompetisi luar negeri yang semakin mengikat pada pasar setempat atau pasar
lainnya. Pertibangan daya saing seperti itu harus diseimbangkan terhadap banyak
kerugian berakibat sebaliknya. Harga transfer untuk alasan-alasan kompetitif
dapat mengundang tindakan anti trust oleh pemerintah.
4.
Risiko Lingkungan
Apabila faktor daya saing luar negeri dapat menjamin
harga transfer yang rendah dan dibebankan kepada anak perusahaan luar negeri,
resiko atas harga inflasi yng sangat tinggi dapat mengakibatkan hal yang
sebaliknya. Inflasi mengurangi daya beli uang tunai yang dimiliki perusahaan.
Harga transfer yang tinggi terhadap barang atau jasa yang diberikan kepada anak
perusahaann yang menghadapi inflasi tinggi dapat mengalihkan kas dalam jumlah
yang sangat besar dari anak perusahaan tersebut.
5.
Faktor Evaluasi Kinerja
Kibijakan harga transfer juga dipengaruhi oleh
pengaruh mereka terhadap perilaku manajemen dan sering kali merupakan penentu
kinerja perusahaan yang utama.
6.
Kontribusi Akuntansi
Para akuntan manajemen dapat memainkan peranan yang
signifikan dalam menghiting kesibangan dalam strategi penentuan harga transfer.
tantangan yang dihadapi adlah mempertahankan perpseektif global pada saat
melakukan pemetaan manfaat dan biaya yang berkaitan dengan keputusan penentu
harga.
METODOLOGI
PENENTUAN HARGA TRANSFER
Dalam suatu dunia dengan harga transfer yang sangat
kompetitif, tidak akan menjadi masalah besar ketika hendak menetapkan harga
transfer sumber daya dan jasa antar perusahaan. Namun demikian, jarang sekali
terdapat pasar eksternal yang kompetitif untuk produk-produk yang ditransfer
antar entitas yang berhubungan istimewa tersebut. Masalah penentuan ini sangat
terasa dalam tingkat internasional, karena konsep akuntansi biaya ini berbea
dari satu negara ke negara lainnya.
1.
Harga Versus Biaya Versus
Sistem harga transfer berbasis biaya dapat
menangulangi kebanyakan kekurangan ini.
sistem ini (1) sederhana digunakan, (2) didasarkan
pada data yang langsung tersedia, (3) mudah untuk dijelaskan kepada otoritas
pajak, (4) merupakan hal yang sering dilakukan, sehingga dapat menghindari
terjadinya fiksi internal yang sering terjadi apabila sistem arbitrer
digunakan.
2.
Prinsip Wajar
Harga transfer antarperusahaan dengan mengadaikan
transaksi itu terjadi antara pihak-pihak yang tidak berhubungan istimewa
dipasar yang kompetitif.
3.
Metode Harga Tidak Terkontrol yang Setara
Metode ini tepat digunakan jika barang tersedia dalam
jumlah cukup sehingga penjualan yang dikonrtol pada dasarnya sebanding dengan
penjualan pada pasar terbuka.
4.
Metode Transaksi Tidak Terkontrol yang Setara
Diterapkan untuk pengalihan aktiva tidak berwujud.
Metode ini digunakan untuk mengidentifikasikan tingkat royalti acuan dengan
mengacu pada transaksi yang tidak terkontrol dimana aktiva tidak berwujud yang
sama dialihkan.
5.
Metode Harga Jual Kembali
Metode ini menghitung harga transaksi yang wajar yang
diawali dengan harga yang dikenakan atas penjualan barang yang dimaksud kepada
pembeli yang idependen.
6.
Metode Penentuan Biaya Plus
Metedo ini secara khusus berguna apabila barang semi
jadi dialihkan antarperusahaan afiliasi luar negeri, atau jika satu entitas
merupakan sub kontraktor bagi perusahaan lain.
7.
Metode Laba Sebanding
Metode ini umumnya memerlukan penyesuaian atas
perbedaan-perbedaan yang ada antara pihak yang dibandingkan. Faktor-faktor yang
memerlukan penyesuaian tersebut adlah kodisi penjualan yang berbeda, perbedaan
biaya modal, resiko nilai tukar valuta asing, dan resiko lainnya dan perbedaan
dalam praktik pengukuran akuntansi.
8.
Metode Pemisahan Laba
Metode ini digunakan jika acuan produk atau pasar
tidak tersedia. Pada dasarnya metode ini mecakup pembagian laba yang dihasilkan
melalui transaksi dengan pihak berhubungan istimewa, yaitu antara perusahaan
afiliasi berdasarkan cara yang wajar.
9.
Metode Penentuan Harga Lainnya
Menurut OECD : Harus diakui bahwa harga yang wajar
dalam banyak kasus tidak dapat ditetapkan dengan tepat dan bahwa dalam situasi
seperti itu akan dipandang perlu untuk mencari perkiraan wajar yang
mendekatinya. Seringkali, akan lebih bermanfaat untuk perhiyungan lebih dari
satu metode untuk mendapatkan perkiraan atas harga yang memuaskan dengan
memperhatikan bukti-bukti yang tersedia.
10.
Perjanjian Penentuan Harga Lanjutan
Mekanisme yang digunakan oleh perusahaan multinasional
dan otoritas pajak untuk secara sukarela menegosiasikan metodelogi penentuan
harga transfer yang disepakati dan mengikat kedua belah pihak.
Devinisi dan Tujuan Penetapan Harga Transfer
Harga transfer adalah harga produk atau jasa yang ditransfer kepada suatu pusat pertanggungjawaban di dalam suatu perusahaan yang menggunakan produk atau jasa dari pusat pertanggungjawaban lainnya dalam suatu perusahaan.jika dua atau lebih pusat laba bertanggung jawabbersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan berikut: Jika dua atau lebih pusat laba bertanggung jawab bersama atas pengembangan,pembuatan,dan pemasaran suatu produk,maka masing –masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
• Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
• Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita. Maksudnya, sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
• Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
• System tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.
Syarat terpenuhinya harga transfer
Untuk terciptanya harga transfer diperlukan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut adalah:
1. System harus dapat memberikan informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh suatu pusat laba untuk dapat menentukan trade–off yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Laba yang dihasilkan harus dapat menggambarkan dengan baik pengaturan trade-off antara biaya-pendapatan yang telah ditetapkan. Setiap pusat laba harus dapat memaksimalkan laba perusahaan dengan jalan memaksimalkan laba divisinya.
3. Tingkat laba yang diperlihatkan oleh masing-masing pusat laba harus dapat mencerminkan besarnya kontribusi laba dari masing-masing pusat laba terhadap laba perusahaan secara keseluruhan.
Metode Penentuan Harga Transfer
Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan.
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip ini.
Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut: (1) Harga transfer berdasarkan pasar, (2) Harga transfer berdasarkan biaya.
Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya. Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi. Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price).
Penggunaan harga transfer ini sesuai dengan pendapat dari Anthony dan Govindarajan, bahwa harga transfer hendaknya sama dengan harga yang ditetapkan terhadap produk tersebut jika dijual ke pelanggan luar atau dibeli dari pemasok. Penerapan ini tanpa memperhatikan kenyataan bagaimana pihak luar tersebut menetapkan harga jualnya.
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika kondisi-kondisi dibawah ini ada. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi tersebut sangat jarang ada. Oleh karena itu, daftar tersebut tidak menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk memiliki harga transfer. Melainkan, daftar tersebut menyarankan suatu cara untuk memandang suatu situasi, guna melihat perubaha-perubahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki operasi mekanisme harga transfer.
Situasi ideal yang harus ada dalam penetapan harga transfer berdasar harga pasar untuk mendorong adanya keselaransan tujuan adalah:
1. Orang-orang yang kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten.
2. Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja pusat tanggung jawab mereka. Mereka juga harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
3. Harga pasar. Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer. Maksudnya, harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas) dengan produk yang dikenekan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. Sebagai contoh, tidak aka nada beban piutang tak tertagih (bad debt expense), serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis lain yang ada dalam perusahaan. Meskipun kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi tidak identik, adalah lebih baik dari pada tidak ada harga pasar samasekali.
4. Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternative dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer seharusnya diizinkan untuk memilih alternative yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik dengan pihak di dalam maupun diluar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Kemudian pasar akan membentuk suatu harga transfer. Keputusan untuk berurusan dengan pihak di dalam atau diluar perusahaan juga dibuat oleh pasar. Jika pembeli tidak mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber di dalam perusahaan, mereka bebas untuk membeli dari luar.
5. Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer untuk melakukan negosiasi ”kontrak” antar unit usaha.
Jika semua kondisi di atas terpenuhi, maka system harga transfer berdasarkan harga pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita dan tidak membutuhkan administrasi pusat.
Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya.
Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee). Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat rumit untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga berdasarkan pasar. Keputusan yang harus dibuat dalam system harga transfer berdasarkan biaya adalah bagaimana menentukan besarnya biaya dan bagaimana menghitung markup laba.
Dasar Biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut.
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba, terdapat dua keputusan yang digunakan. Markup ditentukan atas dasar penentuan tingkat laba dan besarnya laba. Dasar penentuan tingkat laba ini bisa dilakukan berdasarkan biaya dan dapat dilakukan berdasarkan return atas investasi. Kesulitannya adalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan investasi yang dilakukan. Sebaliknya, jika berdasar investasi, sulit untuk menentukan besarnya investasi yang layak diperhitungkan.
Masalah kedua dalam penyusunan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen senior atas kerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengambilan yang akan diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya ke konsumen luar. Bebagai pendekatan yang bisa dilakukan adalah:
1. berdasarkan laba jika divisi penjual dianggap sebagai unit usaha yang independen (pusat laba).
2. Berdasarkan taksiran “return” atas investasi yang dilakukan.
3. Jika divisi penjual, selain mentransfer produknya ke divisi pembeli juga menjual ke pihak lain maka laba dapat ditentukan dari persentase profit marjin rata-rata berdasar harga pokok standar.
4. Dengan menggunakan profit marjin perusahaan lain jika produknya sama.
Harga transfer adalah harga produk atau jasa yang ditransfer kepada suatu pusat pertanggungjawaban di dalam suatu perusahaan yang menggunakan produk atau jasa dari pusat pertanggungjawaban lainnya dalam suatu perusahaan.jika dua atau lebih pusat laba bertanggung jawabbersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan berikut: Jika dua atau lebih pusat laba bertanggung jawab bersama atas pengembangan,pembuatan,dan pemasaran suatu produk,maka masing –masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
• Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
• Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita. Maksudnya, sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
• Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
• System tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.
Syarat terpenuhinya harga transfer
Untuk terciptanya harga transfer diperlukan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut adalah:
1. System harus dapat memberikan informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh suatu pusat laba untuk dapat menentukan trade–off yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Laba yang dihasilkan harus dapat menggambarkan dengan baik pengaturan trade-off antara biaya-pendapatan yang telah ditetapkan. Setiap pusat laba harus dapat memaksimalkan laba perusahaan dengan jalan memaksimalkan laba divisinya.
3. Tingkat laba yang diperlihatkan oleh masing-masing pusat laba harus dapat mencerminkan besarnya kontribusi laba dari masing-masing pusat laba terhadap laba perusahaan secara keseluruhan.
Metode Penentuan Harga Transfer
Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan.
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip ini.
Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut: (1) Harga transfer berdasarkan pasar, (2) Harga transfer berdasarkan biaya.
Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya. Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi. Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price).
Penggunaan harga transfer ini sesuai dengan pendapat dari Anthony dan Govindarajan, bahwa harga transfer hendaknya sama dengan harga yang ditetapkan terhadap produk tersebut jika dijual ke pelanggan luar atau dibeli dari pemasok. Penerapan ini tanpa memperhatikan kenyataan bagaimana pihak luar tersebut menetapkan harga jualnya.
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika kondisi-kondisi dibawah ini ada. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi tersebut sangat jarang ada. Oleh karena itu, daftar tersebut tidak menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk memiliki harga transfer. Melainkan, daftar tersebut menyarankan suatu cara untuk memandang suatu situasi, guna melihat perubaha-perubahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki operasi mekanisme harga transfer.
Situasi ideal yang harus ada dalam penetapan harga transfer berdasar harga pasar untuk mendorong adanya keselaransan tujuan adalah:
1. Orang-orang yang kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten.
2. Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja pusat tanggung jawab mereka. Mereka juga harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
3. Harga pasar. Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer. Maksudnya, harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas) dengan produk yang dikenekan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. Sebagai contoh, tidak aka nada beban piutang tak tertagih (bad debt expense), serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis lain yang ada dalam perusahaan. Meskipun kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi tidak identik, adalah lebih baik dari pada tidak ada harga pasar samasekali.
4. Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternative dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer seharusnya diizinkan untuk memilih alternative yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik dengan pihak di dalam maupun diluar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Kemudian pasar akan membentuk suatu harga transfer. Keputusan untuk berurusan dengan pihak di dalam atau diluar perusahaan juga dibuat oleh pasar. Jika pembeli tidak mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber di dalam perusahaan, mereka bebas untuk membeli dari luar.
5. Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer untuk melakukan negosiasi ”kontrak” antar unit usaha.
Jika semua kondisi di atas terpenuhi, maka system harga transfer berdasarkan harga pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita dan tidak membutuhkan administrasi pusat.
Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya.
Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee). Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat rumit untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga berdasarkan pasar. Keputusan yang harus dibuat dalam system harga transfer berdasarkan biaya adalah bagaimana menentukan besarnya biaya dan bagaimana menghitung markup laba.
Dasar Biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut.
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba, terdapat dua keputusan yang digunakan. Markup ditentukan atas dasar penentuan tingkat laba dan besarnya laba. Dasar penentuan tingkat laba ini bisa dilakukan berdasarkan biaya dan dapat dilakukan berdasarkan return atas investasi. Kesulitannya adalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan investasi yang dilakukan. Sebaliknya, jika berdasar investasi, sulit untuk menentukan besarnya investasi yang layak diperhitungkan.
Masalah kedua dalam penyusunan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen senior atas kerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengambilan yang akan diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya ke konsumen luar. Bebagai pendekatan yang bisa dilakukan adalah:
1. berdasarkan laba jika divisi penjual dianggap sebagai unit usaha yang independen (pusat laba).
2. Berdasarkan taksiran “return” atas investasi yang dilakukan.
3. Jika divisi penjual, selain mentransfer produknya ke divisi pembeli juga menjual ke pihak lain maka laba dapat ditentukan dari persentase profit marjin rata-rata berdasar harga pokok standar.
4. Dengan menggunakan profit marjin perusahaan lain jika produknya sama.
Hambatan hambatan dalam perolehan
sumber daya
Ada tiga hambatan dalam perolehan sumber daya,yaitu :
·
Pasar
yang terbatas
·
Kelebihan
dan kekurangan kapasitas industri
Harga Transfer Berdasarkan Biaya
dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga
transfer berdasarkan biaya :
1. bagaimana menentukan besarnya biaya
2. bagaimana menghitung markup laba
Bagaimana menentukan besarnya
biaya
dasar yang umum adalah biaya standar.biaya aktual
tidak boleh digunakan karena faktor inefisiansi produksi akan diteruskan
kepusat laba pembelian.jika biaya standar yang digunakan maka dibutuhkan suatu
insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar
tersebut.
Bagaimana Menentukan Markup laba
Dalam menghitung markup laba juga terdapat dua
keputusan,yaitu :
1. Apa dasar markup laba tersebut
2. Tingkat laba yang dipderlukan
Biaya Tetap dan Laba Hulu
Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahn
yang cukup serius dalam perusahaan yang terintegrasi.pusat laba yang pada
akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkim tidak menyadari jumlah biaya
tetap dan laba bagian hulu yang terkandung didalam harga pembelian
internal.bahkan jika pusat laba terakhir menyadari adanya biaya tetap dan laba
tersebut,pusat laba itu mungkin enggan untuk mengurangi labanya guna
mengoptimalkan laba perusahaan.
Berikut metode – metode untuk mengatasi masalah
tersebut :
Ø Persetujuan antar unit usaha
Beberapa perusahaan
membuat mekanisme formal dimana wakil – wakil dari unit pembelian dan penjualan
bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan ke pihak luar dan
pembagian laba untuk produk – produk dengan biaya tetap dan laba bagian
hulu yang signifikan.
Ø Dua langkah penentuan harga
Cara lain untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan membuat harga transfer yang meliputi dua
beban.pertama,untuk setiap unit yang terjual pembebanan biaya dilakukan dalam
jumlah yang sama dengan biaya variabelstandar produksi.kedua,pembebanan biaya
berkala(biasanya setiap bulan )dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya
tetap yang berkaitan dengan pasilitas yang disediakan untuk unit
pembelian.salah satu atau kedua komponen tersebut harus memasukkan margin laba.
Ø Pembagian laba
Jika sistem dua
penentuan harga tidak dapat dilakukan maka sistem pembagian laba(profit sharing
)dapat digunakan untuk memastikan keselarasan antara kepentingan unit usaha dan
perusahaan.sistem tersebut beroperasi dengan cara berikut :
1. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada
biaya variabel standar.
2. Setelah produk tersebut dijual,unit unit usaha membagi
kontribusi yang dihasilkan yang merupakan harga penjualan dikurangi biaya
variabel produksi dan pemasaran.
Ø Dua kelompok harga
Dalam
metode ini pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada harga jual ke luar
dalam unit pembelian dibebankan dengan total biaya standar.selisihnya
dibebankan dalam akun kantor pusat dan dieliminasi ketika laporan keuangan unit
usaha dikonsolidasikan.metode penentuan harga transfer ini terkadang digunakan
ketika ada konflik antara unit pembelian dan penjualan yang tidak dapat
diselesaikan oleh metode yang lain.
Tetapi
ada beberapa kelemahan dari sistem yang menggunakan dua kelompok harga.Pertama,jumlah laba unit usaha kan
lebih besar dari laba perusahaaan secara keseluruhan.Kedua,sistem ini mencipatakan suatu ilusi bahwa unit usaha
menghasilkan uang,sementara pada kenyataanya perusahaan secara keseluruhan
mengalami kerugian karena debit kekantor pusat.Ketiga,sistem ini dapat memicu unit usaha untuk hanya
berkonsentrasi pada transfer internal karena terpaku pada markup yang bagus
dengan mengorbankan penjualan keluar.Keempat,ada
tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap
usaha dikonsolidasi.Kelima,fakta
bahwa konflik diantara unit bisnis akan berkurang dalam sistem tersebutdapat
dilihat sebagai kelemahan.
PENENTUAN
HARGA JASA KORPORAT
Pengendalian atas Jumlah Jasa
Unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf
korporat untuk jasa – jasa seperti teknologi informasi serta riset dan
pengembangan.ada tiga teori pemikiran mengenai jasa – jasa tersebut :
Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus
membayar biaya variabel standar dari jasa yang diberikan.jika membayar kurang
dari itu,maka unit usaha akan termotivasi untuk menggunakan jasa – jasa dalam
jumlah yang lebih banyak daripada yang dibenarkan secara ekonomis.
Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga yang sama
dengan biaya variabel standar ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap
standar yaitu biata penuh.
Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang
sama dengan harga pasar,atau biaya penuh standar ditambah dengan margin
laba.harga pasar akan digunakan jika memungkinkan;jika tidak maka harga sebesar
biaya penuh ditambah ROI yang akan digunakan.
Administrasi Harga Transfer
Negosiasi
Hampir semua perusahaan,unit usaha menegosiasikan
harga transfer satu sama lain;maksudnya harga transfer yang tidak ditentukan
oleh kelompok staf pusat.alasan yang paling penting untuk hal ini adalah
kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas
harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari
manajemen lini.
Unit –unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang
dijadikan patokan dalam melakukan negosiasi harga tersebut.disebagian kecil
perusahaan,kantor pusat menginformasikan kapada unit – unit usaha tersebut
bebas bertransaksisatu sama lain atau ddengan perusahaan luar yang
ditemui,dengan persyaratan bahwa jika impas,maka bisnis tersebut harus tetap
dalam perusahaan.
Arbitrase dan Penyelesaian
Konflik
Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara.dalm
sistem yang formal,kedua pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak
penengah/pendamai( arbitrator ).arbitrator akan meninjau posisi mereka masing –
masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan kadangkala dengan bantuan staf
kantor yang lain.
Selain tingkat formalitas arbitrase,jenis proses
penyelesaian konflik yang digunakan juga mempengaruhibefektifitas suatu sistem
harga transfer.terdapaat empat cara untuk menyelesaikan konflik :
·
Memaksa
(forcing )
·
Membujuk
( smoothing )
·
Menawarkan
(bargaining )
·
Penyelesaian
masalah (problem solving )
Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan
peraturan penentuan harga transfer bergantung pada banyaknya jumlah transfer
dalam perusahaan dan ketersediaan pasar serta harga pasar.semakin besar jumlah
transfer dan ketersediaan harga pasar,maka semakin formal dan spesifik
peraturan yang ada.jika harga pasar selalu siap sedia,maka perolehan sumber
daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau
beli ( make-ar-buy decision
)yang melebihi jumlah tertentu.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua
kelas :
Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajaemen
senior ingin mengendalikan perolehan sumber daya.produk ini biasanya merupakan
produk – produk yang bervolume besar;produk – produk yang tidak memiliki sumber
dari luar;dan produk – produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan oleh
pihak manajemen demi alasan kualitas atau alasan tertentu.
Melas II meliputi seluruh produk lainnya.secara
umum,ini merupakan produk – produk yang dapat diproduksi diluar perusahaan tanpa
adanya gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan,produk – produk yang
volumenya relatif kecil,diproduksi dengan peralatan umum( general-purpose equipment).produk-produk kelas II ditansfer
pada harga pasar.
Tujuan
Penentuan Harga Transfer
Pemikiran
organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah satu tantangan
utama dalam mengoperasikan system yang terdesentralisasi adalah merancang suatu
metode akuntansi yang memuaskan unruk transfer barang dan jasa dari suatu pusat
laba ke pusat laba yang lain. Jadi, arti
sempit arga transfer adalah harga perpindahan barang atau jasa antara dua
pusat laba atau lebih. Sementara arti secara luas adalah harga
perpindahan barang atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau antar
pusat pertanggungnjawaban dalam suatu organisasi.
Penetuan harga transfer antar pusat laba sangat
penting jika :
·
Transaksi
transfer barang atau jasa antar pusat laba cukup signifikan,
·
Biaya
barang atau jasa yang ditransfer merupakan komponen penting produk akhir,
·
Profitabilitas
merupakan pertimbangan penting di dalam penilaian prestasi divisi.
Tujuan
penetapan harga transfer adalah:
a.
Memberikan informasi yang relevan antar pusat laba untuk penentuan imbal balik
yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
b.
Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita masing-masing pusat laba
dan juga meningkatkan laba perusahaan.
c.
Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari pusat laba individual.
d.
Sistem tersebut harus mudah
dimengerti dan dikelola.
Harga
transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya,
karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga
transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi
akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan
merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat
penting.
Metode
Penentuan Harga Transfer
Istilah “harga transfer” yang digunakan disini adalah
nilai yang diberikan kepada suatu transfer barang dan jasa dalam suatu
transaksi dimana setidaknya ada satu pusat laba yang terlibat didalamnya. Harga
semacam ini biasanya melibatkan suatu elemen laba karena sebuah perusahaan yang
independent tidak akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan independent
yang lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu.
Prinsip
Dasar
Prinsip
dasar dari harga transfer adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan
harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar
atau dibeli dari pemasok luar. Ketika suatu pusat laba di suatu perusahaan
membeli produk dari, dan menjual ke, satu sama lain, maka dua keputusan yang
harus diambil untuk setiap produk adalah:
a. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk
tersebut atau membelinya dari pemasok luar? ( keputusan sourcing )
b. Jika diproduksi secara
internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut akan ditransfer antar
pusat laba? ( keputusan harga transfer )
Situasi
Ideal
Harga
transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika
kondisi kondisi berikut ada, yaitu:
1. Orang-orang
Kompeten
Idealnya
manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dan jangka pendek dari pusat
tanggung jawab mereka.
2. Atmosfer
yang Baik
Manajer
harus menjadikan profitabilitas sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan
yang signifikan dalam penilaian kinerja pusat tanggung jawab.
3. Harga Pasar
Idealnya,
harga pasar mencerminkan kondisi yang sama ( kuantitas, waktu pengiriman dan
kualitas) dengan produk yang dikenakan harga transfer.
4. Kebebasan Memperoleh Sumber
daya
Idealnya,
alternatif pusat tanggung jawab dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan
para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih alternative yang baik bagi pusat
tanggung jawab mereka.
5. Informasi Penuh
Para
manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya dan pendapatan
yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi
Harus ada
mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negosiasi “kontrak” antar
unit usaha.
Hambatan-Hambatan
dalam Perolehan Sumber Daya
Idealnya seorang manajer pembelian bebas mengambil
keputusan sourcing. Demikian halnya dengan manajer penjualan, ia harus bebas
untuk menjual produknya ke pasar yang paling menguntungkan.
Akibat-akibat yang terjadi jika para manajer pusat
laba tidak memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan sourcing :
1.
Pasar yang Terbatas
Beberapa
alasan pasar terbatas bagi pusat laba (pembeli dan penjual) :
a.
Keberadaan kapasitas internal mungkin membatasi pengembangan penjualan
eksternal.
b.
Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdifferensiasi,
tidak ada sumber dari luar.
c.
Jika perusahaan telah melakukan investasi yang besar, cenderung tidak akan
menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar mendekati biaya
variable perusahaan.
Dalam
kondisi pasar yang terbatas, harga transfer yang paling memenuhi persyaratan
system pusat laba adalah harga kompetitif. Dimana harga kompetitif mengukur
kontribusi dari setiap pusat laba terhadap laba perusahaan secara keseluruhan.
Perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitiif jika perusahaan tersebut
tidak membeli atau menjual produknya ke pasar bebas melalui cara-cara:
a.
Jika ada harga pasar diterbitkan, maka harga tersebut dapat digunakan untuk
menentukan harga transfer.
b.
Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran.
c.
Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasar bebas, maka pusat
laba tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan harga di luar.
d.
Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar/bebas mak
pusat laba tersebut dapat meniru untuk harga kompetitif untuk produk-produk
eklusifnya.
2. Kelebihan atau Kekurangan
Kapasitas Industri
Misalnya,
jika pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke pasar bebas
atau memiliki kapasitas produksi yang berlebih. Perusahaan mungkin tidak akan
mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok
luar sementara kapasitas produksi di dalam masih memadai. Dan sebaliknya, jika
pusat laba pembelian idak dapat memperoleh produk yang diperlukan dari
luar sementara pusat laba penjualan menjual produknya ke pihak luar. Situasi
ini terjadi ketika terdapat kekurangan kapasitas produksi di dalam industry.
Sehingga pusat laba pembelian terhalang dan laba perusahaan tidak optimal.
Meskipun
ada hambatan dalam pemerolehan sumber daya, harga pasar tetap merupakan harga
transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka
gunakanlah. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga
kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan
biaya (cost based transfer price). Biasanya, perusahaan akan
mengeliminasi unsur iklan, pendanaan, atau pengeluaran lain yang tidak
dikeluarkan oleh pihak penjujal dalam transaksi internal saat penentuan harga
transfer.
Pedoman Penetapan Harga Transfer
Pendekatan Biaya Kesempatan.
Pendekatan ini dengan cara mengidentifikasikan harga
terendah yang mau diterima oleh penjual dan harga tertinggi yang mau dibayar
oleh pembeli. Harga tersebut ditetapkan bagi masing-masing divisi sebagai
berikut :
- Harga transfer minimum (minimum tfransfer price)
adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak lebih
buruk apabila barang dijual kepada divisi internal daripada dijual kepada pihak
luar. Hal ini disebut batas bawah (floor) dari jangkauan penawaran
- Harga transfer maksimum (maximum transfer price) adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak lebih buruk apabila input dibeli dari divisi internal daripada dibeli dari pihak luar. Hal ini disebut batas atas (ceiling) dari jangkauan penawaran
- Harga transfer maksimum (maximum transfer price) adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak lebih buruk apabila input dibeli dari divisi internal daripada dibeli dari pihak luar. Hal ini disebut batas atas (ceiling) dari jangkauan penawaran
Harga
Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based
Transfer Prices)
Jika
harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan
berdasarkan biaya ditambah laba. Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasar biaya, yaitu:
Dasar
Biaya
Dasar
yang umum adalah biaya standard. Biaya
actual tidak boleh digunakan karena factor inefisiensi produksi akan diteruskan
ke pusat lab pembelian.
Markup
Laba
Dalam
menghitung markup laba terdapat dua keputusan, yaitu apa dasar markup laba
tersebut dan tingkat laba yang diperbolehkan. Dasar yang paling mudah dan umum
dipergunakan adalah persentase dari biaya. Jika dasar tersebut digunakan maka
tidak ada pertimbangan atas modal yang diperlukan. Sementara konsep yang lebih
baik adalah persentase dari investasi, tetapi untuk menghitung investasi yang
akan digunakan ke setiap produkdapat menimbulkan permasalahan teknis.
Masalah kedua dalam markup laba adalah besarnya jumlah laba.
Solusi konseptual adalah membuat penyisihan laba berdasarkan investasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai
investasi dihitung pada tingkat standard, dengan aktiva tetap dan persediaan pada
tingkat biaya penggantian (replacement cost).
Biaya
Tetap dan Laba Hulu
Permasalahan,
pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkin tidak
menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian hulu yang yang terkandung dalam
harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba menyadari adanya biaya tetap
dan laba hulu, pusat lab tersebut mungkin enggan untuk mengurangi labanya guna
mengoptimalkan laba perusahaan. Metode mengatasi masalah:
§ Persetujuan antar unit usaha
Wakil-wakil
dari unit penjualan dan pembelian bertemu secara berkala untuk memutuskan harga
penjualan ke pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya
tetap dan lab hulu yang signifikan.
§ Dua langkah penentuan harga
Cara ini
dengan membuat harga transfer meliputi dua beban. Pertama, untuk setiap unit
yang terjual, pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya
variable standard produksi. Kedua, pembebanan biaya berkala (biasanya setiap
bulan) dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya tetap yang berkaitan
dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembelian. Salah satu atau dua
komponen tersebut harus memasukkan marjin laba.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
menerapkan metode penentuan harga dua langkah (two-step pricing method) :
·
Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan
secara berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit
pembeli.
·
Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan biaya.
·
Dengan system penentuan harga ini, inerja laba dari unit produksi tidak
dipengaruhi volume penjualan dari unit yang terakhir. Hal ini memecahkan
masalah yang muncul ketika usaha pemasaran oleh unit usaha yang lain
mempengaruhi kinerja laba dari unit produksi murni.
·
Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan
kepentingan perusahaan.(Kelemahan ini diatasi dengan menentukan bahwa unit
pemasaran memiliki prioritas utama dalam menggunakan kapasitas yang terbatas)
·
Metode ini mirip dengan penentuan harga “take or pay” yang sering digunakan
oleh perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan batubara, dan dalam
kontrak jangka panjang.
§ Pembagian Laba
Sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan
untuk memastikan keselarasan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan.
System ini beroperasi dengan cara:
·
Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variable standard
·
Setelah produk terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan,
dengan cara harga penjualan dikurangi biaya variable produksi dan pemasaran.
Beberapa permasalahan dalam penggunaan metode ini, yaitu: a) memakan waktu
dan biaya kemungkinan adanya argument-argumen mengenai cara pembagian kontribusi
antara pusat laba b) membagi laba antara pusat laba secara arbitrer tidak
memberikan informasi yang tepat mengenai profitabilitas dari masing pusat laba
c) kontribusi tergantung pada kemampuan unit pemasaran menjual produk pada
harga penjualan actual.
§ Dua kelompok harga
Metode
ini terkadang digunakan adannya konflik antara unit penjualan dan pembelian.
Caranya, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada harga jual ke luardan
unit pembelian dibebankan dengan total biaya standard. Selisihnya dibebankan ke
dalam akun kantor pusat dan dieliminasi ketika laporan keuangan unit usaha
dikonsolidasikan.
Kelemahan penggunaan metode dua kelompok harga, yaitu:
·
Jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara
keseluruhan.
·
Menciptakan suatu ilusi dimana unit usaha menghasilkan uang sementara
perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat.
·
Memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer internal karena terpaku
pada markup yang bagus dengan mengabaikan penjualan ke luar.
·
Ada tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap
kali ada transfer dan eliminasi akun saat laporan keuangan dikonsolidasikan.
·
Berkurangnya konflik pada unit usaha sehingga tidak menghadapkan manajemen
senior kepada permasalahan dalam struktur organisasi.
Harga
Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based
Transfer Prices)
Harga
transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer
yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai
sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada
kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan
adalah harga yang sewajarnya. Namun yang menjadi kelemahan
utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk ternyata tidak tersedia di
pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar divisi tersedia
di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi
seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang
setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau
setengah jadi.
Namun,
jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan
harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga
kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan
biaya (cost-based transfer price).
Harga
Transfer Negoisasi (Negotiated
Transfer Prices)
Dalam
ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam
perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan
harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa
kelebihan. Pertama, pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten
dengan semangat desentralisasi. Kedua, manajer divisi cenderung memiliki
informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer
dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan. Keunggulan harga transfer yang dinegosiasikan
yang terakhir adalah harga transfer yang
dinegosiasikan menawarkan harapan untuk melengkapi ketiga criteria kesesuaian
tujuan, otonomi dan akurasi evaluasi kinerja.
Kelemahan
harga transfer yang dinegosiasikan : Pertama,
Manajer
divisi yang menguasai informasi khusus mungkin mengambil keuntungan dari
manajer dicisi lainnya. Kedua,
ukuran-ukuran
kinerja mungkin terganggu oleh ketrampilan negosiasi dari para manajer. Ketiga, negosiasi dapat menghabiskan waktu dan sumber daya yang
besar.
Harga
transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam
pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan
tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang
dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan
karena posisinya pada situasi sulit yang bisa menimbulkan conflict of interest diantara kedua
belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi pembeli. Artinya,
tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik, yang akan diterima
mutlak oleh kedua belah pihak.
Penentuan
Harga Jasa Korporat
Masalah
yang berkaitan dengan pembebanan unit usaha atas jasa-jasa yang disediakan oleh
unit staf korporat. Jika seluruh biaya dibebankan , maka semua biaya tersebut
akan dialokasikan, dan alokasi tidak memasukkan komponen laba. Alokasi juga
bukan merupakan harga transfer.
Terdapat
dua jenis transfer;
a.
Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima dimana unit penerima
dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial.
b.
Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakannya
atau tidak.
Pengendalian
atas Jumlah Jasa
Manajer
unit usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegiatan jasa-jasa
unit usaha, namun ia dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Tiga
teori pemikiran mengenai jasa-jasa.
a.
Suatu unit usaha harus membayar biaya variable standar dari jasa yang
diberikan. Jika membayar kurang dari itu, maka unit usaha akan termotivasi
untuk menggunakan jasa-jasa dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang
dibenarkan secara ekonomis. Dan sebaliknya, jika membayar melebihi dari biaya
variable standard, maka mereka mungkin tidak akan menggunakan jasa-jasa yang
dipandang perlu oleh manajer senior.
b.
Suatu unit usaha harus membayar harga yang sama dengan biaya variable standard
ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standard (biaya penuh/fullcost).
Pendukung teori ini berpendapat jika unit usaha tidak mempercayai bahwa jasa
tersebut bernilai sebesar itu, maka ada sesuatu yang salah dalam kualitas atau
efisiensi dari unit jasa tersebut. Biaya penuh mencerminkan biaya jangka
panjang perusahaan, dan inilah yang harus dibayar.
c.
Suatu unit usaha harus membayar harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya
penuh standard (standard full cost) ditambah margin labanya. Harga pasar
digunakan jika memungkinkan, jika tidak, maka harga sebesar biaya penuh
ditambah ROI yang akan digunakan. Logikanya adalah modal yang digunakan oleh
unit jasa sebaiknya memperoleh tingkat pengembalian atas modal yang digunakan
sebagaimana dengan unit produksi.
Pilihan
Penggunaan Jasa
Pihak
manajemen mungkin memutuskan bahwa unit usaha dapat memilih apakah menggunakan
jasa sentral atau tidak. Unit usaha dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak
luar, mengembangkan kemampuan mereka atu memilih untuk tidak menggunakan jasa
ini sama sekali.
Kesederhanaan
dari Mekanisme Harga
Harga
yang dibebankan kepada jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang
dimaksudkan, kecuali jika metode untuk menghitungnya dapat dimengerti dan
dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha.
Administrasi
Harga Transfer
Negosiasi
Di hampir
semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain;
maksudnya, harga transfer tidak ditentukan oleh staf pusat. Alasan mendasar
dalam hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan
mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah
satu funsi dari manajemen lini. Sebaliknya, jika manajemen pusat menentukan
harga , meka kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan
semakin berkurang. Alasan lain unit usaha menegosiasikan harga transfer adalah
bahwa unit bisnis biasanya memiliki informasi yang paling baik mengenai pasara
dan biaya-biaya yang ada, sehingga pihak yang tepat untuk mencapai harga yang
pantas.
Unit
usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam melakukan
negosiasi harga tersebut. Dimana, aturan harus mengatur sedemikian rupa supaya
penentuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian individu
dalam bernegosiasi. Tanpa adanya aturan semacam ini, manajer yang paling keras
kepala sekalipun akan melakukan negosiasi dengan harga yang paling pantas.
Arbitrase
dan Penyelesaian Konflik
Bagaimanapun
rincinya peraturan penentuan harga transfer, mungkin ada kasus dimana unit
usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Maka, suatu prosedur harus dapat
dibuat menengahi arbitrase harga transfer. Tingkat formalitas dalam arbitrase
harga transfer tergantung pada jenis dan luasnya potensi harga transfer. Dalam
berbagai kasus arbitrase harga transfer merupakan tanggung jawab dari kelompok
atau eksekutif tingkat atu kantor pusat, Karena keputusan arbitrase memiliki
dampak yang sangat mempengaruhi laba unit-unit usaha.
Cara
arbitrase dalam system yang formal adalah kedua pihak menyerahkan kasus secara
tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Kemudian, arbitrator akan
meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga yang ditetapkan,
kadang kala dengan bantuan staf kantor yang lain.
Selain
tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan
juga mempengaruhi efektifitas suatu sistem harga transfer. Terdapat
empat cara penyelesaian konflik: memaksa (forcing), membujuk (smoothing),
menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah (problem solving). Mekanisme
penyelesaian konflik dapat bervariasi, dari menghindari konflik melalui forcing dan smoothing, sampai penyelesaian konflik melalui bargaining dan problem solving.
Klasifikasi
Produk
Luas dan
formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer
tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan
pasar serta harga pasar. Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga
pasar, maka semakin formal dan semakin spesifik peraturan yang ada. Jika harga
pasar selalu siap sedia, maka perolehannsumber daya dapat dikendalikan dengan
peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make or buy decisison)
yang melebihi jumlah tertentu.
Beberapa
perusahaan membagi produknya ke dalam dua kelas:
a.
Kelas I, meliputi seluruh produk untuk manajemen senior ingin mengendalikan
perolehan sumber daya. Cirinya: volume besar, sumber internal dan pengendalian
manajemen senior bertujuan menjaga kualitas. Perolehan sumber daya dari jenis
ini dapat diubah hanya dengan izin manajemen senior.
b.
Kelas II, seluruh produk lainnya yang ditransfer pada harga pasar. Cirinya:
dapat diproduksi pihak luar, volume relative kecil dan diproduksi dengan
peralatan umum (general purpose equipment). Perolehan sumber daya ditentukan
oleh unit-unit usaha yang terlibat baik dari dalam atau luar perusahaan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar