Nama : Metha Ardiah
NPM : 24210370
Kelas : 3EB20
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah sebagai
berikut :
“merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang
telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi
yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.”
Tujuan dari Akuntansi Inflasi adalah :
Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang
tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan kemungkinan arus kas masa depan.
Akuntansi Inflasi merupakan sutu metode untuk mengkoreksi,dengan menyatakan
kembali sepenuhnya laporan keuangan berdasarkan harga perolehan historis
kedalam suatu cara yang mencerminkan perubahan daya beli mata uang yang diukur
dengan menggunakan angka indeks.akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti
akuntansi konvensional yang telah ada,namun merupajan informasi tambahan bagi
para pemakainya.
Beberapa konsep yang digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai uang
sebagai akibat inflasi adalah :
1. Current Cost Accounting (konsep akuntansi nilai
sekarang )
Konsep dimana menyatakan nilai pos-pos laporan keuangan dengan harga
perolehan sekarang yaitu dengan harga perolehan dari pos yang mempunyai umur
dan kapsitas yang sama.
Kelebihan :
Current
cost menunjukan jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode
berjalan untuk memperoleh aktiva atau jasa.
Current
cost memungkinkan identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi,sehingga
mencerminkan hasil-hasil keputusan manajmen asset dan dampak dari lingkungan
atas perusahaan yang tidak tercermin dalam transaksi rutin.
Current
cost menggambarkan nilai aktiva pada perusahaan jika perusahaan melanjutkan
untuk memperoleh aktiva tersebut dan jika nilainya belum ditambah aktiva tersebut.
Penjumlahan aktiva yang dinyatakan dalam nilai sekarang lebih bearti dari pada
penambahan biaya historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
Current
cost memungkinkan pelaporan current operating profit,yang dapat digunakan untuk
meramalkan arus kas masa depan.
Kelemahan :
Pengguna
current cost adalah subyektif karena sangat sulit menentukan harga perolehan
sekarang yang pasti setiap saat.
Masalah utama yang dihadapi dalam
pelaksanaan Akuntansi Nilai Sekarang adalah pengukuran dari nilai sekarang
(current value) itu sendiri. Menurut Martin A. Miller ada dua metode yang
paling sering digunakan dalam perhitungan yaitu : Sistem Nilai Masukan (Entry
Value System) dari Sistem Nilai Keluaran (Exit Value System).
Entry Value System didasarkan atas
dasar harga pokok penggantian (Replacement Cost) atau harga pokok, untuk
memproduksi (Reproduksi Cost). Yang dimaksud dengan Replacement Cost adalah
estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh aktiva baru atau
ekuivalennya pada harga sekarang (current prices) setelah disesuaikan dengan
depresiasi. Sedangkan Reproduction Cost dimaksud sebagai estimasi biaya yang
harus dikeluarkan untuk memproduksi aktiva baru atau ekuivalennya pada harga
sekarang setelah diasumsikan dengan depresiasinya.
Exit Value Sistem biasanya
didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable Value)
dalam keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan atas Discounted
Cash Flow. Yang dimaksudkan dengan Net Realizable Value adalah estimasi harga
penjualan atas aktiva setelah didukungi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menjual aktiva tersebut. Sedangkan Discounted Future Cash Flow dimaksudkan
sebagai nilai sekarang (present value) dari estimasi pemasukan kas (Cash
Inflow) atau cast saving yang dijual pada tingkat bunga yang sesuai.
Elemen-Elemen Moneter dan Non Moneter
Dalam current cost accounting
elemen-elemen di neraca perlu juga dibedakan dalam elemen moneter dan non
moneter.
Elemen non moneter adalah semua
elemen yang bukan merupakan elemen moneter. Seperti juga halnya dengan elemen
moneter, elemen non moneter juga dibagi kedalam aktiva dan kewajiban non
moneter. Untuk elemen non moneter umumnya ditetapkan kembali untuk menghadapi
perubahan harga sekarang (changes in current value).
Dalam menerapkan metode ini
kesimpulan atas aktiva moneter dan non moneter adalah sebgai berikut:
Karena aktiva moneter telah
ditetapkan dalam jumlah uang yang tetap, mereka itu menggambarkan sejumlah uang
yang diharapkan untuk direalisasikan dalam waktu dekat, oleh karenanya aktiva
moneter secara efektif telah ditetapkan kembali untuk current value financial
statement (laporan keuangan dengan nilai sekarang). Namun aktiva non moneter
tidak ditetapkan dalam sejumlah uang yang tetap dan karena itu menggambarkan
Net Realizables Value mereka. Oleh karena itu, aktiva non moneter harus
ditetapkan kembali untuk disajikan pada Current Value.
Holding Gain Or Losses
Holding gain
dan losser timbul dikarenakan adanya perbedaan antara perbedaan antara harga
pokok historis atau aktiva dengan harga pokoknya sekarang.
Holding gain
terdiri atas dua komponen yaitu :
a) Realized
Holding Gains yang dihasilkan dari penyelesaian (disposal) aktiva, apakah
aktiva itu dijual/digunakan dalam suatu periode akuntansi.
b)
Unrealized Holding Gains yang dihasilkan dari penambahan dalam nilai sekarang
(current value) suatu aktiva dalam suatu periode akuntansi dimana aktiva
tersebut masih ditahan oleh perusahaan.
Langkah-langkah yang diperlukan
dalam pengungkapan Akuntansi Kos Sekarang adalah sebagai berikut :
(Smith-Skousen: 1991:566)
a) Tetapkan
jumlah nilai berjalan persediaan, harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan.
b) Terapkan
“tes jumlah yang dapat diganti kembali” ke jumlah nilai berjalan dan pilih yang
lebih rendah.
c)
Berdasarkan hasil langka b), hitunglah harga pokok penjualan, penyusutan dan
amortisasi.
d) Tetapkan
perubahan dalam nilai berjalan persediaan dan harta tak bergerak, pabrik, dan
peralatan menurut jumlah nominal dan juga rupiah konstan.
Bila
perusahaan beranggapan bahwa perubahan nilai sekarang (current cost) atau
persediaan, harta tak gerak, pabrik, dan peralatan tidaklah besar dan tidak
memberikan pengaruh yang berarti atas laporan keuangan, maka pengungkapan atas
current cost ini tidak perlu dibuat, namun dalam catatan informasi tambahan
perlu disebutkan alasan yang mendukung.
2. General Price Level Accounting (konsep gabungan
antara konsep akuntansi tingkat harga umum dan konsep nilai sekarang /akuntansi
nilai konstan )
Merupakan suatu metode pelaporan yang menyatakan kembali laporan keuangan
mata uang historis karena adanya perubahan daya beli umum.tujuan konsep ini
adalah untuk mempertahankan nilai modal menurut harganya yang tetap dengan
menggunakan ukuran indeks harga.Nilai Harta,Hutang dan Modal yang terpengaruh
oleh perubahan harga disesuaikan dengan factor indeks harga,sehingga dapat
disajikan dengan nilai uang yang sama dalam laporan keuangan.
Keuntungan dari GPLA adalah :
1) Dapat
menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan.
2) Dapat
meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antara periode
Membantu
pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik.
Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari
angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan dari GPLA adalah :
Inflasi
itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahan yang berbeda jadi tidak
dapat di samaratakan.
GPLA tidak
bermakna bagi perusahaan.
Angka yang
disesuaikan tidak menggambarkan arus kas.
Rasio itu
adalah indicator Mentah.
Prinsip-prinsip Penerapan GPLA
Nilai aktiva dan pasiva yang disajikan dalam neraca adalah nilai perolehan
harga historis,untuk menyajikan pos-pos tersebut menurut nilai
sekarang,tahap-tahapannya adalah :
Mendapatkan laporan keuangan yang disusun
berdasarkan harga perolehan historis.
Mendapatkan dan menentukan indeks tingkat harga umum
yang akan digunakan untuk penyesuaian,terdiri dari indeks harga yang meliputi
umur aktiva dan pasiva yang paling lama.
Mengklasifikasikan pos-pos nir moneter dengan factor
konversi indeks harga ,untuk menyatkan aktiva dengan nilai uang menurut harga
yang berlaku sekarang.
Menghitung laba atau Rugi yang timbul karena
memiliki pos-pos moneter.
Untuk metode Akuntansi rupiah
Konstan dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang berdaya beli sama
yaitu dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan sekarang.
Di Indonesia angka indek yang lebih
tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik.
Elemen-elemen Moneter dan Non Moneter
Untuk keperluan dalam penerapan
Akuntansi Rupiah Konstan, aktiva dan kewajiban perlu dibedakan menjadi elemen
moneter dan non moneter. Hal ini perlu karena pada saat inflasi, pemegang
aktiva moneter akan kehilangan daya belinya dikarenakan pada waktu tingkat
harga umum meningkat, aktiva tersebut hanya dapat membeli barang atau jasa yang
lebih sedikit jumlahnya. Sebaliknya yang memiliki kewajiban moneter akan
mengakui adanya laba karena kewajiban ini akan dibayar dengan rupiah yang
mempunyai daya beli yang lebih kecil daripada waktu rupiah tersebut diterima
dimana hutang itu timbul.
Akibat moneter adalah uang atau
suatu klaim untuk menerima sejumlah uang yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi
harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang. Kewajiban moneter
adalah suatu kewajiban untuk membayar sejumlah uang yang jumlahlnya tetap tanpa
dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.
Semua aktiva kewajiban yang tidak
mempunyai sifat moneter adalah non moneter. Yang termasuk dalam aktiva non
moneter antara lain :
a) Barang-barang yang dimiliki
dengan tujuan untuk dijual kembali atau aktiva-aktiva yang dimiliki dimana
secara langsung digunakan untuk usaha perusahaan.
b) Klaim atas uang yang jumlahnya
tergantung pada harga barang dan jasa tertentu.
c) Hak-hak terakhir (residual right)
seperti goodwil atau bagian pemilik perusahaan.
Yang termasuk dalam kewajiban non
moneter antara lain :
a) Kewajiban untuk menyerahkan
barang atau jasa dalam kuantitas yang tetap dan tidak tergantung pada perubahan
harga-harga
b) Kewajiban untuk membayar uang
dalam jumlah yang tergantung pada harga barang atau jasa tertentu dimasa yang
akan datang.
Pemisahan elemen-elemen moneter dan
non moneter dilakukan dalam penerapan metode Akuntansi Rupiah Konstan, karena
elemen-elemen moneter itu sudah dicatat dengan rupiah sekarang, sehingga tidak
perlu dibuat penyesuaian. sedangkan elemen-elemen non moneter masih menggunakan
rupiah masa sebelumnya sehingga perlu dilakukan penyesuaian menjadi rupiah
sekarang.
Rugi/Laba Dari Daya Beli (Purchasing
Power gain/Lose)
Elemen moneter seperti kas, piutang
disajikan pada neraca sebesar nilai nominalnya. Untuk elemen moneter ini tidak
diadakan penyesuaian lagi walaupun pemilikan elemen moneter ini. Karena pada
saat dimana terjadi inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya
belinya karena dapat membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya.
Tidak demikian halnya dengan
pemegang kewajiban moneter akan memperoleh keuntungan kerena membayar hutangnya
dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih kecil daripada saat dimana ia
menerima uang (hutang) tersebut.
Sehubungan dengan aktiva dan
kewajiban moneter, akan dijumpai apa yang dinamakan dengan Positive Net
Monetary Position adalah selisih antara monetry assets suatu perusahaan dengan
monetary liabilities dan equities-nya. Dalam suatu periode tertentu, laba atau
rugi dari pemegang monetary assets akan dihapus (offset) oleh rugi atau laba,
karena memegang monetary liabilities dan equities. Laba atau rugi bersih untuk
suatu periode, tergantung atas apakah posisi keuangan dalam net monetary adalah
positive atau negative. Perusahaan dikatakan berada dalam posisi positive net
monetary bila total monetary asset-nya melebihi total monetary liabilities dan
equities-nya. Sebaiknya bila total monetary asset-nya kurang dari total
monetary liabilities dan equitiesnya, maka perusahaan dikatakan berada pada
posisi negative net monetary.
Laba atau Rugi sehubungan dengan net
monetary possition perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
(Smith-Skousen: 1991:551)
Rising Price Declining
Price
Possitive Net Monetary Position :
loss gain
Negative Net Monetary Position :
gain loss
Kesimpulannya adalah bahwa Akuntansi
Rupiah Konstan hanya menggambarkan perubahan dalam tingkat harga umum,
sehingga, menyampingkan perubahan harga khusus.
Disamping itu banyak para akuntan
mempertanyakan apakah manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan untuk menyediakan data-data rupiah konstan.
Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh laporan keuangan inflasi bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi keuangan terutama manajemen perusahaan,
antara lain :
1. Dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih
efektif.
2. Menghasilkan analisa profitabilitas produksi lebih
realistis.
3. Memberikan perhatian yang lebih besar pada harga
uang yang lebih besar.
4. Manajemen aktiva tetap yang lebih baik.
5. Penentuan harga yang lebih baik.
6.
Meningkatkan kemampuan penaksiran aliran kas dan tingkat pajak dan deviden yang
dibayarkan secara efektif.
Sumber :
http://pupoet.blogspot.com/2011/05/teori-akuntansi-tulisan-akuntansi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar